Kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Riskesdas tahun 2018 stunting pada balita sebanyak 30,8%. Berdasarkan data SSGI tahun 2022 stunting di Indonesia sebanyak 21,6%. Prevalensi stunting di Sulawesi Utara sebanyak 20,5% dan di Kotamobagu sebanyak 21,9%. Laporan dari Dinkes Kotamobagu Desa Sia menjadi salah satu lokus stunting dengan prevalensi sebesar 18,8%. Kendala yang ditemukan dilapangan dalam deteksi dini risiko stunting di posyandu adalah kurangnya jumlah kader posyandu yang aktif sehingga layanan edukasi hasil pemantauan pertumbuhan tidak tersampaikan dengan baik serta ibu malas membawa anaknya melakukan pemantauan pertumbuhan di posyandu. Kegiatan pengabdian ini meliputi tiga tahapan yaitu tahap perencanaan dengan melakukan koordinasi pelaksana, studi pendahuluan dan perizinan. Tahap pelaksanaan dengan melakukan edukasi kepada masyarakat berupa penyuluhan kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran ibu dalam melakukan deteksi dini risiko stunting. Tahap evaluasi dilakukan dengan memberikan umpan balik kepada peserta penyuluhan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman ibu balita. Kegiatan edukasi pendampingan deteksi dini risiko stunting di Posyandu Sia terlaksana dengan baik. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini risiko stunting dan meningkatnya kesadaran ibu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu sebagai upaya dalam deteksi dini risiko stunting.