ABSTRAKPemanenan hutan produksi alam di Indonesia dilakukan dengan intensitas tinggi sehingga menyebabkan perubahan ketersediaan biomassa hutan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi kuat antara intensitas pemanenan hutan dengan pengurangan volume kayu di hutan. Kondisi ini dapat mengganggu kestabilan ekosistem hutan. Studi ini bertujuan untuk menghitung dan mengklasifikasikan limbah tebang pilih dengan intensitas rendah (satu pohon plot -1 ) di izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam (IUPHHK-HA). Penelitian ini dilakukan di dua pengusahaan hutan alam, yaitu di Kalimantan Utara dan Papua Barat. Pengukuran kayu limbah dilakukan di 30 plot lingkaran dinamis dengan jari-jari sebesar 2 kali tinggi pohon yang ditebang. Rata-rata luas plot contoh di Perusahaan A sebesar 2,5 ha plot -1 dan di Papua Barat sebesar 1,6 ha plot -1 . Plot contoh diletakkan secara acak di salah satu petak tebang. Semua kayu limbah penebangan yang memiliki dbh ≥10 cm diukur setelah penebangan. Limbah penebangan diklasifikasikan ke dalam dua asal, yaitu pohon ditebang dan tidak ditebang, dan empat bentuk limbah penebangan, yaitu pohon roboh, batang patah, tunggak, cabang, dan ranting. Intensitas penebangan rendah menghasilkan kayu limbah dengan kisaran 4,985,55 m 3 ha -1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon yang ditebang menghasilkan limbah penebangan (66%) yang lebih besar dibandingkan dengan pohon yang tidak ditebang (34%). Bentuk limbah penebangan yang dihasilkan dari pohon yang ditebang adalah cabang dan ranting, batang patah, dan tunggak. Limbah kayu yang berasal dari pohon yang tidak ditebang didominasi oleh pohon roboh dan diikuti oleh batang patah, cabang, dan ranting. Kata kunci: hutan alam, intensitas penebangan, konservasi hutan, tebang pilih ABSTRACT Forest harvesting of natural-forest production in Indonesia is carried out with a high felling intensity, thus has changed the forest biomass. Several studies have shown a strong correlation between harvesting intensity and the reduction of wood volume in the forest. This condition may disrupt the stability of forest ecosystem. This study aimed to calculate and classificate logging residue of low-harvest intensity (one tree plots -1 ) in Indonesian Forest Concession. The study was conducted in private concessions in North Kalimantan and West Papua. Measurements were made in 30 dynamic circular sample plots with a radius of 2 times the height of the felled tree. The average size in North Kalimantan was 2.5 ha plot -1 and in West Papua was 1.5 ha plot -1 . The sample plots were randomly placed in the cutting compartment. All logging residues with dbh ≥10 cm were measured after felling. The logging residue is classified into felled and unfelled trees and four types of logging residue (fallen tree, broken stem, stump, branches and twigs). The low felling intensity produced logging residue ranging from 4.985.55 m 3 ha -1 . The result indicated that logging residue came from felled trees (66%) was higher than those from unfelled trees (34%). The most commo...