Perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan temperatur laut yang berdampak pada kenaikan muka air laut karena pencairan es di kutub. Naiknya muka air laut menimbulkan ancaman bagi wilayah yang berada di wilayah pesisir dan pantai, salah satunya adalah Kota Pekalongan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah banjir rob. Banjir rob diakibatkan pasang air laut dan diperparah oleh fenomena kenaikan muka air laut serta penurunan muka tanah sehingga menjadi faktor dalam perluasan genangan banjir rob. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengolahan data dan mengkaji karakteristik pasang surut bulan Februari 2020 serta laju kenaikan muka air laut, mengetahui laju penurunan muka tanah berdasarkan citra Satelit SAR Sentinel-1 tahun 2017-2019 untuk rekonstruksi topografi pada tahun 2025, dan analisis luas area genangan banjir rob pada penggunaan lahan bulan Februari 2020 dan prediksi tahun 2025. Metode yang digunakan untuk komponen pasang surut dihitung dengan menggunakan metode Admiralty, kenaikan muka air laut dengan metode regresi linier, laju penurunan muka tanah dengan metode DInSAR dan pemetaan genangan banjir rob dengan pemodelan geospasial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai selisih HHWL dan MSLpada bulan Februari 2020 adalah 45,99 cm. Kenaikan muka air laut adalah 4,3 mm/tahun. Penurunan muka tanah rata-rata Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan sebesar 24,13 cm/tahun, 22,83 cm/tahun, 21,94 cm/tahun, dan 20,40 cm/tahun. Luas daerah yang tergenang banjir rob pada bulan Februari 2020 dengan total 477,57 hektar. Prediksi luas area yang tergenang banjir rob tahun 2025 dengan total 1877,07 hektar. Pengaruh penurunan muka tanah menjadi faktor paling tinggi dibandingkan dengan kenaikan muka air laut terhadap perubahan luas genangan banjir rob.