The aim of this article is to re-conceptualize the meaning of morality according to the perspective of feminists. This article employed the method of literature review within the qualitative approach. Morality, in the history of western thought, is often related with the concept offered by Immanuel Kant. Human being is perceived to have a sufficient ratio to access the universal morality. Therefore, there is no reason for not following the principles of morality. Nevertheless, feminists argued that the concept offered by Kant does not give a flexible space for the dynamics of contingent things, such as feeling, sensitivity, and inclination. Whereas, these contingent things have given such an influential meaning for the concept of morality. Marilyn Friedman (2000) specifically proposes and explains this point of view in her article entitled “Feminism in Ethics: Conception of Autonomy”. Her approach is thus later shown clearly in the concept of care ethics. Even though, I argue that care ethics would not substitute Kantian ethics, but rather complement it, so that the paradigm of the morality can be seen broader from several perspectives. This entwined paradigm, between Kantian and care ethics, is then can be employed to analyze various social phenomena that occur in our society. Tujuan artikel ini adalah untuk merumuskan ulang konsep mengenai moralitas, terutama ketika mendapatkan sumbangsih pemikiran dari para pemikir feminis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur dalam pendekatan kualitatif. Moral, dalam perjalanan panjang sejarah pemikiran barat, identik dengan pemikiran Immanuel Kant dalam sifatnya yang berlaku universal. Untuk mengakses universalitas moral, manusia diandaikan memiliki nalar atau rasionalitas yang cukup. Dengan demikian, sebagai manusia yang otonom secara moral, tidak ada alasan baginya untuk tidak mengikuti prinsip-prinsip moral. Penggunaan nalar tidak memberikan ruang bagi hal-hal yang sifatnya kontingen, seperti perasaan, sensitivitas, dan kecenderungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apa yang disingkirkan oleh etika Kantian tadi diangkat oleh para pemikir feminis. Mereka memberikan sumbangsih pemikirannya tersendiri dalam membangun konsep moralitas. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa etika kepedulian adalah muara dari pemikiran mengenai moralitas dari para pemikir feminis. Meski demikian, etika kepedulian tidak hadir sebagai substitusi atau pengganti dari etika Kantian, melainkan sebagai komplementer yang menjadikan cakrawala moralitas semakin utuh. Bak dua sisi sepayang sayap, kedua pendekatan moralitas tadi saling menyeimbangkan pemaknaan mengenai apa itu moralitas, terutama untuk menelaah fenomena-fenomena secara sosiologis dalam masyarakat.