Abstrak : Perkembangan teoretis mengenai pemaknaan atas kota dan pengelolaannya dalam ruang lingkup studi sosiologi perkotaan merupakan sesuatu yang penting untuk diikuti. Selalu ada perkembangan baru di dalam konteks dialektika teoretis. Artikel ini sendiri bermaksud untuk menjelaskan konsep ruang menurut seorang sosiolog cum filsuf dari Prancis yang bernama Henri Lefebvre. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Thompson (2017), Christian dan Desmiwati (2018), dan Nurhadi et al. (2019) yang berupaya melihat kontekstualisasi konsep ruang Lefebvre dalam fenomena sosiologis, dengan metode penelitian kualitatif analisis deskriptif, artikel ini berupaya untuk menjelaskan konsep ruang menurut Lefebvre per se itu sendiri. Temuan dari artikel ini menunjukkan tiga hal penting yang dapat ditarik dari konsep ruang Lefebvre, yakni produksi ruang di kota, kontestasi konflik ruang, dan partisipasi masyarakat sebagai perwujudan konkret hak atas kota. Abstract : It is important to understand all various concepts of the city and its management in the perspective of urban sociology. There is always new development in the context of theoretical dialectics. This article itself intends to explain the concept of space according to a french sociologist cum philosopher, namely Henri Lefebvre. It takes a different approach of analysis compared with previous research conducted by Thompson (2017), Christian and Desmiwati (2018), and Nurhadi et al. (2019) which intend to contextualize the concept of space according to Lefebvre in various sociological phenomena. Using descriptive analysis within a qualitative method, this article attempts to explain the concept of space according to Lefebvre per se itself. The finding of this article shows three important issues that could be taken from the concept of space offered by Lefebvre. Those are the production of space in a city, contestation of space conflict, and participation of city residents as a manifestation of the concept of right to the city.
Penghayatan iman umat Kristiani begitu khas. Umat Kristiani percaya kepada Allah yang Satu. Untuk menjelaskan pernyataan ini, penulis menggunakan bahan bacaan berupa bagian buku tulisan Joseph Ratzinger (Paus Benediktus XVI) yang berjudul Prolegomena to the Subject of God. Berbicara mengenai Allah yang Satu dalam kepercayaan Kristiani, kita tentu tidak dapat melepaskan diri dari konsep yang khas, yakni Allah Tritunggal.
The purpose of this article is to analyze the phenomenon of Covid-19 vaccine rejection among Indonesia society which occurred in the midst of Covid-19 pandemic. This research uses qualitative approach by employing secondary data related to the phenomenon of Covid-19 vaccine rejection. This article itself brings the concept of social action offered by Max Weber as a conceptual framework. The main finding of this research is that there are various reasons behind the phenomenon of Covid-19 vaccine rejection. Those reasons portray the rich variety of meanings which also mean that there are many socio-cultural contexts behind it. Therefore, we need the appropriate strategy to face such phenomenon. Thus, the goals of Covid-19 vaccine promotion could be reached well.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk memaparkan historisitas dinamika pengelolaan RPTRA di Jakarta selama beberapa tahun terakhir. Artikel ini berupaya untuk mengambil pendekatan yang berbeda dengan pendekatan fungsionalis yang umumnya dilakukan untuk menganalisis RPTRA, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Aji et al. (2016) dan Sutanto dan Junadi (2018). Upaya ini dilakukan untuk melihat RPTRA bukan sebagai sebuah ruang yang “ada” di kota sebagai tempat terjadinya berbagai aktivitas sosial masyarakat, tetapi sebagai sebuah ruang yang dibentuk oleh aspek-aspek tertentu, seperti ekonomi, politik, dan budaya. Konsep yang diambil sebagai kerangka analisis adalah konsep mengenai ruang yang ditawarkan oleh Henri Lefebvre. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif analisis deskriptif, yakni pembacaan literatur dan studi pustaka. Artikel-artikel terkait RPTRA yang dipublikasikan selama lima tahun terakhir dikumpulkan, dibaca, dan dianalisis. Penelitian ini sendiri dilakukan dalam rentang waktu Februari hingga Juni 2021. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat tiga disrupsi sosial-politik yang terjadi dalam dinamika pengelolaan RPTRA selama lima tahun. Ketiga disrupsi tersebut terkait dengan pengakomodasian aktivitas masyarakat, pergantian kepemimpinan politik, dan pandemi Covid-19. Dengan menggunakan kerangka ruang Lefebvre, penulis berpendapat bahwa seringkali terjadi benturan antara abstraksi perencanaan dan pengelolaan ruang yang dibentuk oleh pemerintah dengan harapan dan ekspektasi masyarakat. Hal yang pertama menggambarkan ruang abstrak, sedangkan hal yang kedua menggambarkan ruang sosial sebagaimana konsep ruang Lefebvre. Demi pengelolaan yang berkelanjutan, partisipasi masyarakat mesti dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan perkotaan. Dari segi kebijakan, pemerintah sendiri perlu mengambil kebijakan politik secara diskretif, bukan demi hegemoni politik semata. This article aims to explain the historical dynamics of RPTRA’s management in Jakarta during few recent years. Notwithstanding common functionalist approach, such as Aji et al. (2016) and Sutanto (2018), this article attempts to employ another approach. It tries to portray RPTRA not as a space that “is already being there”, used by city residents to do their various activities, but as a space that is dynamically as well as continuously formed by several factors, for instance economy, politics, and culture. The theoretical concept that is taken as an analysis framework is the concept of space, offered by Henri Lefebvre. This research employs analytic-descriptive qualitative method, such as literature reading. Some articles related with RPTRA which were published within last five years are collected, read, and analysed. This research itself was conducted between February until June 2021. The result of the research states that there are three socio-political disruptions which happened during the historical dynamics of RPTRA’s management. Those related with accommodation of residents’ activities, the dynamics of political situation, and pandemic Covid-19. The Lefebvrian analysis of space shows that there is often friction between city planning and management made by the government and the hope and expectation of city residents. The former indicates abstract space, while the latter indicates social space as were conceived by Lefebvre. For the sake of sustainable management, the participation of civil society must be included continuously. Furthermore, government itself must take political policy discreetly and not for mere political hegemony.
One of Sigmund Freud's most famous works in the field of religion is Totem and Taboo (1912-1913). In this work, Freud uses psychoanalytic theory to dissect the genealogy of socio-religious phenomena in the form of totems and taboos from a philosophical-anthropological point of view, especially through his research on Aboriginal tribes in Australia. This article aims to examine Freud's contribution in the field of religion, and how it is contextualized in the socio-religious life of today's society. This study uses a qualitative approach by exploring various literatures that examine Freud's work on Totems and Taboos. The results of the study reveal that although this work tends to be problematic and particular in interpreting religion through the concepts of Totem and Taboo. However, there is a contribution from the series of arguments presented by Freud. This contribution is an invitation to purify one's intentions in carrying out religious rites, especially in today's modern society. Religious activity is no longer seen as a mechanistic ritual, but it has to be rooted from the deepest heart. Salah satu karya Sigmund Freud dalam bidang agama yang paling terkenal adalah Totem and Taboo (1912-1913). Dalam karyanya tersebut, Freud menggunakan teori psikoanalisis untuk membedah genealogi fenomena sosial keagamaan berupa totem dan taboo dari sudut pandang filosofis-antropologis, khususnya melalui penelitiannya tentang suku Aborigin di Australia. Artikel ini bertujuan untuk menelaah sumbangsih Freud dalam karya tersebut, dan bagaimana kontekstualisasinya dalam kehidupan sosial-keagamaan masyarakat saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menelusuri berbagai literatur yang mengkaji karya Freud tentang Totem dan Taboo. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa meskipun karya ini cenderung problematis dan partikular dalam memaknai agama melalui konsep Totem dan Taboo, namun terdapat sumbangsih dari rangkaian argumentasi yang disampaikan oleh Freud tersebut. Sumbangsih tersebut adalah ajakan untuk memurnikan intensi diri dalam melaksanakan ritus-ritus beragama, khususnya dalam masyarakat modern saat ini. Aktivitas beragama bukan lagi menjadi ritual yang mekanistis, melainkan harus bersumber dari hati yang terdalam.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.