Prevalensi penyakit alergi semakin meningkat di seluruh dunia, tetapi hubungan dan pengaruhnya dengan penyakit tiroid autoimun khususnya hipertiroidisme masih belum banyak dibahas dan dimunculkan kasusnya. Kasus ini diajukan untuk memberikan gambaran bahwa rinosinusitis alergi dan penyakit tiroid autoimun khususnya hipertiroidisme memiliki satu mata rantai yang saling berhubungan dari segi patofisiologi dan akan menentukan morbiditas hipertiroidisme tersebut. Dilaporkan dua kasus rinosinusitis alergi disertai hipertiroidisme. Kasus pertama wanita usia 64 tahun dengan benjolan di leher anterior, dan kasus kedua pasien pria usia 61 tahun yang dikonsulkan dari Poliklinik Endokrinologi Penyakit Dalam dengan keluhan utama hidung tersumbat. Pada kedua pasien dilakukan pemeriksaan skor total gejala hidung, penilaian kualitas hidup dengan SNOT-22, pemeriksaan nasoendoskopi dan Tes Kulit Tusuk (TKT), serta pemantauan kadar hormon tiroid dan konsumsi obat antitiroid, kemudian dilakukan tata laksana rinosinusitis alergi dengan pemberian cuci hidung, antibiotik, kortikosteroid intranasal, dan antihistamin generasi kedua. Didapatkan hasil penurunan skor total gejala hidung, perbaikan kualitas hidup, perbaikan secara nasoendoskopi, penurunan kadar hormon tiroid, serta penurunan konsumsi obat antitiroid. Rinosinusitis alergi pada hipertiroidisme harus ditangani dengan baik karena dengan mengatasi rinosinusitis alergi maka akan menurunkan morbiditas hipertiroidisme.Kata kunci: rinosinusitis alergi, penyakit tiroid autoimun, hipertiroidisme