<em>Permukiman kumuh merupakan lingkungan hunian yang kurang layak huni. Permukiman kumuh memiliki karakteristik, seperti kepadatan bangunannya yang tinggi, luasan wilayah permukiman yang terbatas, rawan terjadi penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas bangunan yang rendah, dan kurang terlayani sarana dan prasarana yang memadai. Penelitian berlokasi di RW 7 Turusan, Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga. RW 7 Turusan termasuk salah satu kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga akibat keragaman aktivitas masyarakat yang menimbulkan berbagai permasalahan, mencakup sosial, ekonomi, dan lingkungan. Meskipun dihadapkan pada permasalahan kumuh, namun masyarakat masih bertahan untuk tetap tinggal di kawasan tersebut. Penelitian bertujuan untuk </em><em>mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebertahanan masyarakat pada permukiman kumuh di RW 7 Turusan Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga ditinjau dari aspek sosial ekonomi masyarakatnya. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada tujuh responden, observasi lapangan, dan telaah dokumen/ literatur terkait. Penelitian menunjukkan bahwa penyebab kumuh di RW 7 Turusan adalah akibat kondisi fisik/topografi lingkungan serta perilaku masyarakat yang kurang sehat. Meskipun dihadapkan pada persoalan kumuh, beberapa hal yang menyebabkan masyarakat bertahan tinggal di sana adalah karena faktor kedekatan jarak dengan pusat kota terkait mata pencaharian mereka, lama tinggal, ikatan sosial yang erat, dan nilai keguyuban di masyarakat. Namun demikian, faktor ikatan sosial adalah faktor yang paling berpengaruh bagi kebertahanan masyarakat di permukiman kumuh karena mendorong terciptanya inisiasi program lokal untuk peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal.</em>