2017
DOI: 10.33795/jtkl.v1i1.16
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Fermentasi Anaerobik Biogas Dua Tahap Dengan Aklimatisasi dan Pengkondisian pH Fermentasi

Abstract: Produksi biogas pada skala rumah tangga umumnya menggunakan teknologi fermentasi anaerobik di dalam satu biodigester (satu tahap), yang mengakomodasi dua tahap utama prinsip pembentukan biogas, yakni tahap asetogenesis dan tahap metanogenesis. Permasalahan yang muncul dari penggunaan digester biogas satu tahap adalah ketidakseimbangan proses fermentasi (peningkatan laju beban organik, waktu retensi senyawa organik yang lebih cepat, dan produktivitas biogas yang menjadi tidak maksimal). Untuk mengatasi hal ters… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
0
0
14

Year Published

2018
2018
2023
2023

Publication Types

Select...
6
2

Relationship

0
8

Authors

Journals

citations
Cited by 14 publications
(14 citation statements)
references
References 5 publications
0
0
0
14
Order By: Relevance
“…Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai pH pada biodigester mengalami banyak penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya aktifitas mikroorganisme pada reaksi asidogenesis, sehingga pH mengalami penurunan [7] Bakteri pendegradasi senyawa organik komplek yang membutuhkan suasana lingkungan lebih asam, berada pada satu digester dengan bakteri penghasil metana yang membutuhkan suasana pH lebih netral (Iriani, dkk, 2017), menurut literatur, pH yang baik berada pada kisaran 6-7.5 karena pada kondisi tersebut mikroorganisme masih bisa hidup. Adapun penanganan yang dilakukan agar pH tetap pada kisaran 7 adalah penambahan NaOH 48% sebanyak ± 10 kg.…”
Section: Gambar 1 Hasil Pengamatan Ph Selama 17 Hari Waktu Fermentasiunclassified
“…Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai pH pada biodigester mengalami banyak penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya aktifitas mikroorganisme pada reaksi asidogenesis, sehingga pH mengalami penurunan [7] Bakteri pendegradasi senyawa organik komplek yang membutuhkan suasana lingkungan lebih asam, berada pada satu digester dengan bakteri penghasil metana yang membutuhkan suasana pH lebih netral (Iriani, dkk, 2017), menurut literatur, pH yang baik berada pada kisaran 6-7.5 karena pada kondisi tersebut mikroorganisme masih bisa hidup. Adapun penanganan yang dilakukan agar pH tetap pada kisaran 7 adalah penambahan NaOH 48% sebanyak ± 10 kg.…”
Section: Gambar 1 Hasil Pengamatan Ph Selama 17 Hari Waktu Fermentasiunclassified
“…Pada umumnya sebagai dekomposter (pengurai) senyawa organik dalam pembuatan biogas menggunakan bakteri EM4 atau bakteri yang diperoleh dari kotoran sapi, rumen sapi atau bakteri indigeneous yaitu bakteri yang berasal dari limbah itu sendiri, dimana mikroorganisme dekomposer terdiri dari bakteri Steptococci, Bacteriodes, Mathanobacterium, Desulfo-vibrio, Mathanobacillus, Metanaosacaria, dan Metanaococcus, [4], [9][10][11]. Produksi biogas dari limbah cair industri tahu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pH, suhu, pengadukan, rasio substrat/starter, dan jenis mikroorganisme [12][13][14][15]. Untuk itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh volume starter, waktu pengadukan dan waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan menggunakan starter berupa bakteri indigeneous yang'diperkaya'.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Selanjutnya kultur bakteri indigeneous diambil sebanyak 2 g kemudian dituangkan ke dalam erlenmeyer yang steril, ditambahkan 2 liter air distilat dan nutrient hingga diperoleh konsentrasi 1.000 ppm dan diaduk serta diatur pH hingga pH mencapai 6,5 -7,5. Larutan starter indigeneous diaklimatisasi (diperbesar volume starter) dengan cara menumbuhkembangkan pada volume cairan yang lebih besar yaitu 10 liter dan menambahkan nutrisi sebanyak 5 -10% volume, menjaga kondisi anaerob, pH serta suhu pertumbuhan optimum [14]. Selanjutnya dilakukan pengukuran MLSS untuk melihat jumlah pertumbuhan starter.…”
Section: Persiapan Starter Indigeneousunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Iriani, P.,et.al [2] menjelaskan dalam penelitiannya bahwa produksi biogas dari kotoran sapi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik fermentasi anaerob satu tahap (di dalam satu digester). Bakteri pendegradasi senyawa organik komplek yang membutuhkan suasana lingkungan lebih asam, berada pada satu digester dengan bakteri penghasil metana yang membutuhkan suasana pH lebih netral.…”
Section: Pendahuluanunclassified