Salak (Salacca zalacca) atau snake fruit merupakan buah asli Indonesia berjenis palma yang memiliki kulit bersisik berwarna coklat. Jenis salak yang banyak dibudidayakan di Bali yaitu salak bali dan salak gula pasir. Kulit salak mengandung senyawa flavonoid yang memiliki khasiat sebagai antioksidan, antimikroba, antidiabetes, antikanker, antihipertensi dan lainnya. Sistem penghantaran obat berbasis lipid seperti nanoemulsi dan SNEDDS (Self-nanoemulsifying drug delivery system) dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas dari senyawa flavonoid. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total pada ekstrak kulit salak bali dan salak gula pasir serta kelarutan flavonoid dalam beberapa jenis fase minyak. Kadar flavonoid total dan kelarutan flavonoid dilakukan pada fase minyak diukur menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (425 nm). Pengujian kelarutan flavonoid dilakukan pada asam oleat, minyak zaitun, dan isopropil miristat (IPM). Hasil penelitian menunjukan bahwa kulit salak bali memiliki kadar flavonoid total lebih besar dibandingkan dengan kulit salak gula pasir. Kulit salak bali memiliki kadar flavonoid total sebesar 5,546 mgQE/gram ekstrak, sedangkan kulit salak gula pasir sebesar 1,886 mgQE/gram ekstrak. Berdasarkan hasil tersebut, maka dilakukan uji kelarutan flavonoid dalam fase minyak menggunakan ekstrak kulit salak bali. Hasil dari analisis kelarutan flavonoid didapatkan kelarutan ekstrak kulit salak bali pada fase minyak berupa asam oleat, minyak zaitun, dan isopropil miristat berturut-turut adalah sebesar 144,92 μg/mL; 45,62 μg/mL; dan 73,63 μg/mL. Kandungan flavonoid dalam ekstrak kulit salak bali lebih mudah larut dalam asam oleat dibandingkan dengan minyak zaitun dan isopropil miristat.