Tikus memiliki potensi penularan Leptospirosis ke manusia. Kejadian leptospirosis di Provinsi Sulawesi pada tahun 2017 terdapat 2 kasus suspek kejadian leptospirosis di Desa Silea Kecamatan Buke Kab. Konawe Selatan yang berbatasan langsung dengan kota Kendari dan suspek leptospirosis tersebut akhirnya meninggal dunia. Tahun 2022 kasus suspek kejadian leptospirosis kembali bertambah menjadi 4 kasus, data ini berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan positif leptospirosis Kota Kendari. Tujuan penelitian ialah mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan tikus diantaranya keberadaan sampah, suhu, kelembaban udara, genangan air, kondisi selokan dan identifikasi bakteri Leptospira sp pada tikus yang tertangkap.
Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional. Pengumpulan hasil observasi dan pemeriksaan bakteri leptospira pada ginjal tikus di lakukan dengan menggunakan PCR Portable sedangkan untuk penentuan jenis serotipe leptospira dilakukan dengan uji MAT (Microscopic Agglutination Test).
Hasil: Hasil penelitian ini menemukan bahwa variabel suhu (ρ = 0,014), variabel kelembaban (ρ = 0,035), variabel keberadaan sampah dan kondisi selokan (ρ = 0,000) yang dapat diartikan bahwa ada hubungan antara beberapa faktor lingkungan tersebut dengan keberadaan tikus positif bakteri Leptospira sp. Sementara itu, pada variabel genangan air (ρ = 0,281) yang disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara genangan air dengan keberadaan tikus dengan positif bakteri Leptospira sp.
Simpulan: Ada hubungan antara suhu, kelembaban, keberadaan sampah, dan kondisi selokan dengan keberadaan tikus positif bakteri leptospira sp. di Kota Kendari tahun 2023. Sebaiknya masyarakat di Kota Kendari untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal.