2016
DOI: 10.17510/paradigma.v1i2.11
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Habitus, Ngêng, dan Estetika Bunyi Mlèsèt dan Nggandhul pada Karawitan

Abstract: <p><span lang="IN">The paper explains about <em>mlèsèt</em> and <em>nggandhul</em> phenomena in the Javanese <em>Karawitan</em> in the perspective of Piere Bourdieu’s sociology of arts. The datas were collected through interviews with <em>pengrawit</em>,or gamelan players, and observation of gamelan played during the performance of Yogyakarta <em>wayang</em>.</span></p><p><span lang="IN">The research shows that <… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
1
0
7

Year Published

2017
2017
2021
2021

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 8 publications
(8 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
7
Order By: Relevance
“…Komposisi ini merupakan perpaduan dari dua macam ide yaitu (internal) atas hasil renungan dan (eksternal) yang dilakukan atas fenomena sosial, kemudian dijabarkan secara tertulis dan menjadi sebuah konsep musikal yang didukung oleh tiga hal yaitu: ruang, waktu dan materi. Sebaliknya, sikap mental pendengar untuk mendengar, memahami, dan memberikan respon emosi atas garap rancang komposisi juga dipengaruhi unsur temporal, lokasi, pengalaman dan konteks budaya seseorang (Prasetya, Haryono, & Simatupang, 2011). Di dalam proses perancangan akan selalu mempertimbangkan bentuk bunyi dan sifat bunyi sebagai sebuah kontrol untuk menghasilkan harmonisasi dan keindahan bunyi, seperti misalnya: teratur >< acak, tetap >< berubah, gaduh >< tenang, bersambung >< terputus, menyatu >< terpisah, besar >< kecil, rendah >< tinggi, lebar >< tipis, bulat >< pecah, berat >< ringan, panjang >< pendek, lurus >< lengkung.…”
Section: Metode Perancanganunclassified
“…Komposisi ini merupakan perpaduan dari dua macam ide yaitu (internal) atas hasil renungan dan (eksternal) yang dilakukan atas fenomena sosial, kemudian dijabarkan secara tertulis dan menjadi sebuah konsep musikal yang didukung oleh tiga hal yaitu: ruang, waktu dan materi. Sebaliknya, sikap mental pendengar untuk mendengar, memahami, dan memberikan respon emosi atas garap rancang komposisi juga dipengaruhi unsur temporal, lokasi, pengalaman dan konteks budaya seseorang (Prasetya, Haryono, & Simatupang, 2011). Di dalam proses perancangan akan selalu mempertimbangkan bentuk bunyi dan sifat bunyi sebagai sebuah kontrol untuk menghasilkan harmonisasi dan keindahan bunyi, seperti misalnya: teratur >< acak, tetap >< berubah, gaduh >< tenang, bersambung >< terputus, menyatu >< terpisah, besar >< kecil, rendah >< tinggi, lebar >< tipis, bulat >< pecah, berat >< ringan, panjang >< pendek, lurus >< lengkung.…”
Section: Metode Perancanganunclassified
“…Ritmis merupakan salah satu aspek musikologis yang berhubungan dengan sifat musikalitas (Yasa, 2017). Secara fisika, ketika seseorang memainkan musik, mereka memindahkan energi kinetik dari tubuhnya pada instrumen tersebut (Prasetya, Haryono, & Simatupang, 2016). Melibatkan seniman maupun pelaku ritual Pethik Pari, menjadi elemen peting pengkarya dalam meciptakaan karya "Pamethuk Pari" ini, untuk membantu pengkarya bisa mengetahui lebih jauh batasan-batasan struktur bentuk yang ada pada ritual Pethik Pari.…”
Section: Garapan Musikalunclassified
“…Alur yang dinamis membuat garap mandheg memiliki kekuatan dinamika tersendiri yang mengakibatkan sajian gending akan menjadi lebih hidup. Secara fisika, ketika pengrawit memainkan gamelan, mereka memindahkan energi kinetik dari tubuhnya pada instrumen gamelan (Prasetya, Haryono, & Simatupang, 2016). Hal tersebut menjadi sebuah landasan bahwa mandheg dengan variabel melodi balungan dapat disajikan ketika menghadapi susunan melodi balungan yang memiliki alur dinamis.…”
Section: Céngkok Dinamisunclassified