2020
DOI: 10.14744/bej.2020.43434
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Histopathological evaluation of pterygium patients with type 2 diabetes mellitus

Abstract: The aim of this study was to histopathologically compare patients with and without diabetes mellitus who underwent pterygium excision. Methods: In this retrospective case-control study, 60 patients with a history of pterygium excision were divided into 2 groups: those with DM and those without DM. Histopathological findings (squamous metaplasia, dysplasia, inflammation, fibrinoid changes, and vascularization) were compared. Results: The mean age of the 60 patients (females, 54.5%) included in the study was 58.… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2023
2023
2023
2023

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(2 citation statements)
references
References 39 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Waleed dkk ditahun 2021 meneliti terkait dengan distribusi dan karakteristik komorbid dengan pterygium dengan komorbid hipertensi memiliki nilai paling tinggi, prevalensi hipertensi juga meningkat setiap tahunnya.24,27 Komorbid diabetes melitus dengan nilai 13,8% , diabetes melitus dapat mempengaruhi progresi perkembangan pterygium dengan pembentukan formasi advanced glycation end products (AGEs) terakumulasi pada jaringan fibrosa pada nasal dan temporal konjungtiva.12 Hiperlipidemia pada penelitian ini memiliki hasil 212 atau 22,1% pasien pterygium hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Xiao dkk ditahun 2021 terkait dengan diabetes melitus dan didapatkan hasil sekitar 20,5% atau lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak memiliki komorbid diabetes melitus kemudian untuk hiperlipidemia juga didapatkan hasil lebih tinggi yaitu 50%, menunjukan angka komorbid yang lebih tinggi dibandingkan dengan komorbid diabetes melitus pasien dengan pterygium, akan tetapi belum terdapat perbedaan signifikan antara perbedaan pterygium dengan komorbid hiperlipidemia dan yang tidak memiliki komorbid hiperlipidemia. 23,25 Hasil dari karakteristik stage yang dalam penelitian ini terdapat stage 2 yaitu 446 atau 46,6%, stage 1 yaitu 44 atau 2,5%, stage 3 yaitu 195 atau 20,3% dan stage 4 yaitu 294 atau 30,6% dengan penelitian ini disimpulkan bahwa stage 2 memiliki nilai tertinggi sesuai dengan penelitian Supanji dkk ditahun 2020 meneliti tentang distribusi stage pterygium didapatkan hasil hasil akhir stage 2 memiliki nilai yang paling tinggi.8 Akan tetapi penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Lee dkk ditahun 2021 menunjukan bahwa sekitar 19,8% pada stage 1 dan 2 yaitu 19,8% , pada stage 3 73,3% dan pada stage 4 yaitu 6,9%. 22 Prevalensi pterygium berdasarkan karakteristik gejala klinis di RSUD Al Ihsan pada tahun 2016 hingga 2021 terbagi menjadi gejala klinis mata merah, dengan nilai tertinggi memiliki gejala klinis mata merah yaitu 506 atau 52,8%.Berlanjut dengan gejala klinis mata kering dengan nilai 439 atau 45,7%, mata kering pada pterygium dapat disebabkan karena ketidak stabilan dari tear film yang menyebabkan mata menjadi kering, gejala klinis yang memiliki sensasi benda asing yaitu 350 atau 36,5% dengan gejala klinis penurunan penglihatan memiliki penurunan penglihatan yaitu 316 atau 32,9% disebabkan oleh pertumbuhan jaringan fibrovascular menuju visual aksis dapat menyebabkan penurunan penglihatan.20,21 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Panda dkk ditahun 2020 dengan hasil gejala klinis mata merah 63,3%, gejala klinis mata kering 45,5% , gejala klinis sensasi benda asing 38,8%, dan penuruan penglihatan yaitu 33,3%.30 Akan tetapi berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Fuest dkk ditahun 2017 terkait dengan pterygium memiliki hasil gejala klinis mata merah 80% dan penurunan penglihatan 89% pada hasil ini menunjukan bahwa penurunan penglihatan lebih tinggi dibandingkan gejala klinis mata merah.…”
Section: Cunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Waleed dkk ditahun 2021 meneliti terkait dengan distribusi dan karakteristik komorbid dengan pterygium dengan komorbid hipertensi memiliki nilai paling tinggi, prevalensi hipertensi juga meningkat setiap tahunnya.24,27 Komorbid diabetes melitus dengan nilai 13,8% , diabetes melitus dapat mempengaruhi progresi perkembangan pterygium dengan pembentukan formasi advanced glycation end products (AGEs) terakumulasi pada jaringan fibrosa pada nasal dan temporal konjungtiva.12 Hiperlipidemia pada penelitian ini memiliki hasil 212 atau 22,1% pasien pterygium hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Xiao dkk ditahun 2021 terkait dengan diabetes melitus dan didapatkan hasil sekitar 20,5% atau lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak memiliki komorbid diabetes melitus kemudian untuk hiperlipidemia juga didapatkan hasil lebih tinggi yaitu 50%, menunjukan angka komorbid yang lebih tinggi dibandingkan dengan komorbid diabetes melitus pasien dengan pterygium, akan tetapi belum terdapat perbedaan signifikan antara perbedaan pterygium dengan komorbid hiperlipidemia dan yang tidak memiliki komorbid hiperlipidemia. 23,25 Hasil dari karakteristik stage yang dalam penelitian ini terdapat stage 2 yaitu 446 atau 46,6%, stage 1 yaitu 44 atau 2,5%, stage 3 yaitu 195 atau 20,3% dan stage 4 yaitu 294 atau 30,6% dengan penelitian ini disimpulkan bahwa stage 2 memiliki nilai tertinggi sesuai dengan penelitian Supanji dkk ditahun 2020 meneliti tentang distribusi stage pterygium didapatkan hasil hasil akhir stage 2 memiliki nilai yang paling tinggi.8 Akan tetapi penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Lee dkk ditahun 2021 menunjukan bahwa sekitar 19,8% pada stage 1 dan 2 yaitu 19,8% , pada stage 3 73,3% dan pada stage 4 yaitu 6,9%. 22 Prevalensi pterygium berdasarkan karakteristik gejala klinis di RSUD Al Ihsan pada tahun 2016 hingga 2021 terbagi menjadi gejala klinis mata merah, dengan nilai tertinggi memiliki gejala klinis mata merah yaitu 506 atau 52,8%.Berlanjut dengan gejala klinis mata kering dengan nilai 439 atau 45,7%, mata kering pada pterygium dapat disebabkan karena ketidak stabilan dari tear film yang menyebabkan mata menjadi kering, gejala klinis yang memiliki sensasi benda asing yaitu 350 atau 36,5% dengan gejala klinis penurunan penglihatan memiliki penurunan penglihatan yaitu 316 atau 32,9% disebabkan oleh pertumbuhan jaringan fibrovascular menuju visual aksis dapat menyebabkan penurunan penglihatan.20,21 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Panda dkk ditahun 2020 dengan hasil gejala klinis mata merah 63,3%, gejala klinis mata kering 45,5% , gejala klinis sensasi benda asing 38,8%, dan penuruan penglihatan yaitu 33,3%.30 Akan tetapi berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Fuest dkk ditahun 2017 terkait dengan pterygium memiliki hasil gejala klinis mata merah 80% dan penurunan penglihatan 89% pada hasil ini menunjukan bahwa penurunan penglihatan lebih tinggi dibandingkan gejala klinis mata merah.…”
Section: Cunclassified
“…23,24 Hasil penelitian pada rekurensi pterygium memiliki hasil yaitu terdapat nilai tertinggi dengan tidak adanya rekurensi yaitu 869 atau 90,6% dan nilai terendah dengan terjadinya rekurensi yaitu 90 atau 0,94% sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan Qadi dkk ditahun 2021 meneliti prevalensi rekurensi pada pterygium setelah melakukan operasi dengan hasil yaitu terdapat rekurensi 20,8% dan tidak rekurensi yaitu 79,2% berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Alsarhani dkk ditahun 2021 memiliki rekurensi penelitian tinggi dengan keseluruhan rekurensi yaitu 17%, dengan rekurensi sebelum tahun pertama 62,5% kemudian setelah tahun pertama yaitu 37,5%. 14,25 Gambaran karakteristik pterygium berdasarkan mata terdiagnosis dengan diagnosis mata kanan memiliki nilai yang tinggi yaitu 358 atau 37,3% disusul dengan pterygium dengan diagnosis mata kiri,yaitu 325 atau 33,% dan pterygium dengan diagnosis kedua mata mata kanan kiri memiliki jumlah terendah yatu 276 atau 28,8%. Hal ini sama dengan penelitian Purnomo dkk ditahun 2020 terkait dengan persentase mata yang terdiagnosis pterygium didapatkan bahwa pterygium lebih tinggi terjadi pada satu mata kanan yaitu 56,6% diikuti dengan kedua mata yaitu 43,4%.1 Namun penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Agrasidi ditahun 2018 mata yang terdiagnosis didapatan hasil yaitu pada mata kanan 7,1 % sedangkan pada mata kiri 14,3% dan pada kedua mata yaitu 78%.11 Hal ini sama dengan penelitian Purnomo dkk ditahun 2020 terkait dengan persentase mata yang terdiagnosis pterygium didapatkan bahwa pterygium lebih tinggi terjadi pada satu mata kanan yaitu 56,6%.…”
Section: Cunclassified