Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Prestasi Kumulatif Pada Mahasiswa Preklinik Fkik Unika Atma Jaya

Abstract

ABSTRAK
 Latar Belakang: Bagi mahasiswa kedokteran, proses pembelajaran merupakan unsur esensial guna memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang dokter. Proses pembelajaran akan bahan dan materi yang banyak seringkali menghabiskan banyak waktu, mengakibatkan kurangnya intensitas dan perhatian akan pentingnya kegiatan aktivitas fisik yang rutin dan teratur yang dapat meningkatkan fungsi kognitif dan eksekutif otak.
 Metodologi: Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan metode random sampling dengan responden sebanyak 103 mahasiswa angkatan 2016, 2017, dan 2018 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Prodi Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dengan menggunakan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire) untuk mengukur intensitas aktivitas fisik dan untuk mengetahui indeks prestasi mahasiwa disertai pertanyaan nilai indeks prestasi kumulatif mahasiswa melalui kuesioner. Uji analisis yang dilakukan adalah uji non parametrik Chi-square.
 Hasil: Hasil dari analisis data menggunakan uji Chi-square antara intensitas aktivitas fisik dengan indeks prestasi kumulatif mahasiwa menunjukkan nilai Pearson Chi-Square hitung adalah 0,048, meski telah memenuhi syarat p < 0,05 namun memiliki perbedaan yang sedikit dengan nilai yang tidak signifikan, sehingga hubungan antara kedua variable dapat dipandang dari kedua sisi.
 Kesimpulan : Peningkatan aktivitas fisik dapat mempengaruhi peningkatan nilai indeks prestasi kumulatif yang dimiliki, namun masih terdapat banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa kedokteran.

Self Esteem Dengan Online Compulsive Buying Produk Fashion Pada Konsumen Perempuan

“…Negara Indonesia dikala ini disebut sebagai negara konsumtif disebabkan oleh kemudahan untuk melaksanakan aktivitas berbelanja. Sikap konsumtif terdapat beberapa jenis, salah satunya di antaranya yakni compulsive buying (pembelian kompulsif), ialah seseorang yang melakukan aktivitas berbelanja tak terkendali, dilaksanakan berkali-kali, serta memiliki motivasi yang besar dari orang tersebut guna berbelanja yang dipikir sebagai metode untuk melenyapkan perasaan negatif seperti stres dan kecemasan (Jonathan et al, 2018). Dittmar (2005) menyebutkan, dalam perspektif psikologi sikap berbelanja dilihat sebagai motivasi dari sikap konsumen kontemprorer, memakai belanja selaku usaha guna tingkatkan citra diri serta harga diri yang lebih menuju ke hal yang positif.…”

“…Hasil uji hipotesis yang dilakukan peneliti selaras dengan hasil beberapa penelitian terdahulu, yang pertama penelitian yang berjudul Hubungan Self Esteem dengan Perilaku Compulsive Buying pada Mahasiswa Universitas X di Kota Bandung yang Berbelanja Secara Online (Vilanty & Sumaryanti, 2019) yang dikatakan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara self esteem dengan compulsive buying pada mahasiswi universitas X dikota Bandung yang berbelanja secara online. Penelitian lain dari penelitian yang berjudul Pengaruh Self-Esteem pada Mahasiswa Preklinik FKIK-UAJ Terhadap Perilaku Compulsive Buying (Jonathan et al, 2018) Hasil dari penelitian terdahulu di dukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada lima konsumen perempuan pembeli produk fashion secara online, 4 dari 5 orang mengatakan bahwa dengan membeli pakaian, tas, sepatu, dan produk fashion lainnya adalah untuk meningkatkan harga diri dan body image mereka. Karena dengan selalu memperbarui fashion mereka melalui berbelanja, tidak memakai barang murahan, tidak memakai barang yang berulang, serta mengikuti zaman akan membuat mereka merasa lebih berharga serta percaya diri karena selalu terlihat fashionable, memiliki banyak uang, dan dapat mengikuti zaman Berdasarkan penjelasan beberapa hasil penelitian dan hasil wawancara peneliti yang telah di jabarkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini sama-sama memiliki hasil bahwa compulsive buying dan self esteem berhubungan negatif dan signifikan dengan penelitian terdahulu.…”