ABSTRAK Latar Belakang: Bagi mahasiswa kedokteran, proses pembelajaran merupakan unsur esensial guna memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang dokter. Proses pembelajaran akan bahan dan materi yang banyak seringkali menghabiskan banyak waktu, mengakibatkan kurangnya intensitas dan perhatian akan pentingnya kegiatan aktivitas fisik yang rutin dan teratur yang dapat meningkatkan fungsi kognitif dan eksekutif otak. Metodologi: Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan metode random sampling dengan responden sebanyak 103 mahasiswa angkatan 2016, 2017, dan 2018 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Prodi Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dengan menggunakan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire) untuk mengukur intensitas aktivitas fisik dan untuk mengetahui indeks prestasi mahasiwa disertai pertanyaan nilai indeks prestasi kumulatif mahasiswa melalui kuesioner. Uji analisis yang dilakukan adalah uji non parametrik Chi-square. Hasil: Hasil dari analisis data menggunakan uji Chi-square antara intensitas aktivitas fisik dengan indeks prestasi kumulatif mahasiwa menunjukkan nilai Pearson Chi-Square hitung adalah 0,048, meski telah memenuhi syarat p < 0,05 namun memiliki perbedaan yang sedikit dengan nilai yang tidak signifikan, sehingga hubungan antara kedua variable dapat dipandang dari kedua sisi. Kesimpulan : Peningkatan aktivitas fisik dapat mempengaruhi peningkatan nilai indeks prestasi kumulatif yang dimiliki, namun masih terdapat banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa kedokteran.
Objective: To report our experience in treating a case of Testicular non-Hodgkin Lymphoma. Case(s) Presentation: A 55-year-old man came to the urology outpatient clinic with complaints of an enlarged left painless testicle that was lumpy and heavy. Urological examination found left unilateral testicle enlargement testicle, the size measured 10x7x7 cm with firm borders, solid consistency, and no tenderness. The patient then was treated with left orchiectomy. Histology and Immunohistochemical examination found non-Hodgkin B cells (CD20+) high grade, non-GCB. Discussion: In this case, the patient was treated with orchiectomy followed by a CHOP chemotherapy regimen. However, there was an unusual presentation due to the suspicion of metastases through the findings of a tender lump in the left inguinal region which was further confirmed by histological and immunohistochemical examination. Conclusion: Primary testicular lymphoma with a subtype of DLBCL (Diffuse Large B-Cell Lymphoma) is a rare disease. Orchiectomy is the initial treatment option for Testicular non-Hodgkin Lymphoma followed by combination therapy of chemotherapy to improve the prognosis. Keywords: Orchiectomy, testicular lymphoma, testicular tumors.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.