East Java Province, which is dominated by Javanese and Madurese, has a community with cultural characteristics that consider having a large number of children will many fortunes. This study aimed to analyze the relationship of parity on the use of contraceptives in women of childbearing age in East Java. The study used data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey. The population was women of reproductive age (15-49 years) in East Java. By using stratification and multistage random sampling obtained 5,593 respondents. In addition to the use of contraceptives and parity, other variables were the type of residence, age group, level of education, work status, marital status, socioeconomic status, and health insurance ownership. Determination of influence using binary logistic regression. The results showed that parity was one of the determinants of contraceptive use in East Java. Multiparous women of childbearing age were 4.114 times higher than primiparous women for contraception. Women in the 15-19 age group were 8.413 times more likely to use contraception than the 45-49 year age group. While women in the age group 40-44 years have the possibility of 2.209 times. Women with an elementary-junior high school education were 3.931 times more likely than those without school to use contraception. While those with tertiary education are likely 4.957 times compared to those not in school. Poor women were 1.525 times more likely than the poorest to use contraception. It could be concluded that parity was one of the determinants of contraceptive use in women of childbearing age in East Java Province.
Abstrak
Provinsi Jawa Timur didominasi oleh suku Jawa dan Madura. Kedua suku memiliki karakter pandangan budaya tentang jumlah anak yang banyak, yaitu banyak anak, banyak rejeki. Penelitian ditujukan untuk menganalisis hubungan paritas terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada wanita usia subur di Jawa Timur. Penelitian menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Populasi adalah wanita usia subur (15-49 tahun) di Jawa Timur. Dengan menggunakan stratification and multistage random sampling didapatkan 5.593 responden. Selain pemakaian alat kontrasepsi dan paritas, variabel lain yang adalah tipe tempat tinggal, kelompok umur, tingkat pendidikan, status bekerja, status perkawinan, status sosioekonomi, dan kepemilikan asuransi kesehatan. Penentuan pengaruh menggunakan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan salah satu determinan pemakaian alat kontrasepsi di Jawa Timur. Wanita multipara kemungkinan 4,114 kali lebih tinggi dibanding wanita primipara untuk memakai alat kontrasepsi. Wanita pada kelompok umur 15-19 tahun memiliki kemungkinan 8,413 kali dibanding kelompok umur 45-49 tahun untuk memakai alat kontrasepsi. Sementara wanita pada kelompok umur 40-44 tahun memiliki kemungkinan 2,209 kali. Wanita berpendidikan SD-SLTP kemungkinan 3,931 kali dibanding yang tidak sekolah untuk memakai alat kontrasepsi. Sedang yang berpendidikan perguruan tinggi kemungkinan 4,957 kalidibanding yang tidak sekolah. Wanita miskin kemungkinan 1,525 kali dibanding yang paling miskin untuk memakai alat kontrasepsi. Dapat disimpulkan bahwa paritas merupakan salah satu determinan pemakaian alat kontrasepsi pada wanita usia subur di Provinsi Jawa Timur.