Latar belakang: Dari 34 provinsi di Indonesia, lebih dari 50% diantaranya memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Sulawesi Selatan menempati urutan ke-13 dalam prevalensi terjadinya stunting, dengan angka kejadian 30,1%, melebihi rata-rata nasional.. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 12 hingga 23 bulan di Kabupaten Bone dan Enrekang tahun 2020.Metode: Pendekatan observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Data dikumpulkan dari baseline data program Gammara’na melalui observasi kuesioner. Jumlah populasi sebesar 19.000 bayi dengan rentang usia 12 hingga 23 bulan di Kabupaten Bone dan Enrekang. Adapun sampel yang terkumpul sebanyak 580 baduta. Jumlah sampel yang masuk dalam analisis setelah dilakukan manajemen data sebanyak 503 baduta.Hasil: Angka prevalensi stunting di Kabupaten Bone dan Enrekang berturut-turut sebesar 30,5% dan 34,4%. Analisis ini menemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara sumber air minum dengan kejadian stunting pada baduta usia 12 hingga 23 bulan (p=0,033). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pemberian kolostrum, ASI eksklusif, kepemilikan jamban, sumber air bersih dan paparan asap rokok dengan kejadian stunting pada baduta usia 12-23 bulan.Simpulan: Direkomendasikan untuk stakeholder mengupayakan optimalisasi fasilitas kesehatan dengan meningkatkan kualitas pelayanan kehamilan Selain itu, perlu dilakukan penyuluhan terkait pemahaman pola asih anak dan pengetahuan gizi terutama di keluarga secara tepat. Sosialisasi terkait WASH juga perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku rumah tangga dalam pengelolaan air bersih, air minum, sanitasi jamban dan perilaku merokok. ABSTRACTTitle: Factors Associated with Incidence of Stunting in Infants in Bone and Enrekang Regencies Background: Of the 34 provinces in Indonesia, more than 50% of them have a higher prevalence of stunting compared to national figures. South Sulawesi ranks 13th in the prevalence of stunting, with an incidence rate of 30.1%, exceeding the national average. The purpose of this study was to identify factors related to the incidence of stunting in baduta aged 12 to 23 months in Bone and Enrekang regencies in 2020.Method: This study used an observational analytical approach with a cross-sectional study design. Data was collected from the baseline information of the Gammara'na program through questionnaire observations. The population consisted of 19,000 infants aged 12 to 23 months in the Bone and Enrekang districts, with 580 infants selected as samples. After data management, 503 infants were included in the analysis.Result: Prevalencen rate of stunting in the Bone and Enrekang districts was 30.5% and 34.4% respectively. The analysis revealed a statistically significant correlation between the source of drinking water and stunting incidence in infants aged 12 to 23 months (p=0.033). No significant relationship was found between maternal education level, maternal occupation, colostrum provision, exclusive breastfeeding history, toilet ownership, clean water source, and exposure to cigarette smoke with the incidence of stunting in infants aged 12 to 23 months. Conclusion: Stakeholders are advised to focus on enhancing the quality of pregnancy care to optimize health facilities. Additionally, there is a need for education on understanding children's feeding patterns and nutrition knowledge, particularly within families. WASH awareness programs are also essential to improve household knowledge and practices in managing clean water, drinking water, toilet sanitation, and smoking habits.