Saat ini Indonesia menempati posisi kedua kasus terbanyak Tuberculosis (TB) (845.000 kasus) setelah India. Faktor lingkungan rumah berhubungan erat dengan penyebaran kasus, selain faktor lain seperti gizi, imunisasi, kemiskinan, dan pelayanan kesehatan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko lingkungan fisik rumah terhadap kejadian TB di wilayah kerja Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung. Penelitian menggunakan rancangan kasus-kontrol, dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2022. Total 279 rumah tangga (93 kasus dan 186 kontrol) diikutkan selama penelitian. Kasus adalah penderita TB dengan hasil pemeriksaan BTA+ dan tercatat pada buku register TB. Kelompok kontrol dipilih dari tetangga terdekat tanpa riwayat TB. Pengumpulan data dilakukan dengan alat ukur untuk variabel suhu, kelembaban, pencahayaan, dan luas ventilasi. Sedangkan kepadatan hunian dengan wawancara. Analisis data dilakukan dengan Chi-square dan Logistic Regression. Penelitian telah mengidentifikasi empat faktor risiko lingkungan fisik rumah terhadap kejadian TB. Pencahayaan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terbesar terhadap TB (AOR 70.19; 95% CI 17.08 - 288.44). Tiga faktor risiko lainnya adalah kepadatan hunian (AOR 21.77; 95% CI 5.80 - 81.70), suhu (AOR 16.38; 95% CI 5.38 - 49.92), dan ventilasi (AOR 13.05; 95% CI 4.80 - 35.52). Empat faktor lingkungan fisik rumah tinggal secara signifikan telah teridentifikasi sebagai faktor risiko TB, yaitu pencahayaan, kepadatan hunian, suhu dan ventilasi. Perbaikan kondisi fisik rumah menjadi langkah intervensi yang harus diterapkan, selain peningkatan kampanye perilaku sehat.