Dismenore adalah nyeri yang dirasakan saat menstruasi dan banyak mengganggu kegiatan sehari‐hari. Sebanyak (65%) wanita di Indonesia mengalami dismenore primer. Pengobatan dismenore yang tidak sesuai dapat mengakibatkan munculnya permasalahan yang lebih parah seperti rasa nyeri yang dialami tidak kunjung sembuh hingga munculnya penyakit baru karena efek samping obat yang digunakan. Penanganan nyeri haid (dismenore) dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja putri dalam melakukan tindakan swamedikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku serta hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan perilaku remaja putri terhadap swamedikasi nyeri haid (dismenore) di SMA Negeri 3 Cilegon Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner penelitian, sampel yang digunakan sebanyak 243 responden yang merupakan remaja putri SMA Negeri 3 Kota Cilegon yang berusia 15‐18 tahun, sudah pernah mengalami dismenore serta melakukan swamedikasi dismenore dalam 6 bulan terakhir, bersedia mengisi kuesioner, dan menandatangani informed consent. Hasil penelitian menunjukkan remaja putri SMA Negeri 3 Kota Cilegon memiliki tingkat pengetahuan cukup rata-rata ± SD (65,39 ± 14,43), sikap cukup rata-rata ± SD (69,73 ± 10,56) dan perilaku kurang rata-rata ± SD (67,21 ± 13,56) terhadap swamedikasi nyeri haid (dismenore). Dilakukan uji korelasi rank spearman untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan perilaku. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap dan perilaku dengan masing‐masing nilai p value sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan arah hubungan yang positif artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3 Kota Cilegon terhadap swamedikasi nyeri haid (dismenore) maka sikap dan perilakunya juga akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya.