2019
DOI: 10.26714/jkj.7.2.2019.175-180
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Hubungan pola asuh orang tua dengan interaksi teman sebaya pada remaja

Abstract: Masa remaja adalah periode transisi perkembangan kanak-kanak menuju dewasa, melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Interaksi teman sebaya adalah hubungan timbal balik antara dua individu atau lebih dengan tingkat umur yang berdekatan yang saling mempengaruhi. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan interaksi remaja kepada teman sebaya. Jumlah sampel 197 siswa kelas VII dan VIII… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
5

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(6 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Pelaku mungkin menjadi bagian dari kelompok sosial di mana penggunaan narkoba dan tindakan kriminal dianggap sebagai perilaku yang diterima. Ini menciptakan hubungan yang rumit antara motivasi, niat, dan faktor sosial (Hasan., et. al., 2021) dalam tindakan pembegalan.…”
Section: Motivasi Dan Niat Pelakuunclassified
“…Pelaku mungkin menjadi bagian dari kelompok sosial di mana penggunaan narkoba dan tindakan kriminal dianggap sebagai perilaku yang diterima. Ini menciptakan hubungan yang rumit antara motivasi, niat, dan faktor sosial (Hasan., et. al., 2021) dalam tindakan pembegalan.…”
Section: Motivasi Dan Niat Pelakuunclassified
“…Beberapa gangguan perkembangan yang diakibatkan oleh pola pengasuhan otoriter adalah akan membuat anak berperilaku agresif (Sari et al, 2018), pasif atau tidak aktif (Handayani et al, 2020), takut untuk mengemukakan pendapat di tempat umum (Parulian & Yulianti, 2019), anak akan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan temannya (Parulian & Yulianti, 2019), anak tidak mempunyai motivasi yang baik dalam belajar (Fatkhawati & Desiningrum, 2016), kurang percaya diri, suka marah dan pendiam (Lestari, 2008), tidak bisa mandiri (Heng et al, 2020), kecerdasan emosionalnya rendah(N. I. Hidayati, 2014) dan akan menjadikan anak yang mempunyai rasa tanggung jawab yang rendah atau kurang baik (Maghfiroti et al, 2021).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Diantara dampak dari pola pengasuhan permisif adalah akan membuat anak tidak memiliki kemandirian yang baik, dalam kehidupan sehari-harinya akan cenderung bergantung pada orang tua sehingga akan berdampak pada kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain (Parulian & Yulianti, 2019). Pola ini juga akan mengakibatkan anak menjadi anak yang kurang memiliki kepekaan sosial yang baik dan sulit mengontrol emosinya (Asma Fadhilah et al, 2021).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hal ini sesuai dengan Ref. [17] yang menyatakan yang termasuk pola asuh permissive adalah sikap acceptance nya tinggi, namun kontrol terhadap anak rendah dan juga memberikan kebebasan terhadap anak untuk mendapatkan semua yang diinginkannya. Keinginan ini menjadi penyebab seorang remaja harus dituruti, jika perhatian atau keinginan tidak terpenuhi maka pelampiasan dapat terjadi pada teman lawan jenisnya berupa kekerasan dalam hubungan remaja.…”
Section: Pengaruh Keluarga Terhadap Kejadian Kekerasanunclassified