Kejang demam merupakan kasus kegawatdaruratan yang sering terjadi pada anak usia 6 bulan-5 tahun dan menjadi kasus anak terbanyak di rawat inap RSUD Tabanan tahun 2021. Faktor risiko kejang demam di RS tersebut belum diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kejang demam di RSUD Tabanan. Penelitian deskriptif ini menggunakan cross sectional study dengan 145 sampel yang dipilih secara total sampling. Data karakteristik diperoleh dari rekam medis pasien kejang demam tahun 2021-2022, dianalisis dengan distribusi frekuensi menggunakan SPSS seri 25. Hasil penelitian menunjukkan kejang demam sering terjadi pada anak usia 6-24 bulan (75,9%), dan dominan pada laki-laki (62,8%) dengan suhu 38-40°C (95,2%). Diagnosis terbanyak yaitu kejang demam sederhana (KDS) (95,9%), dengan durasi <15 menit (95,9%). Sebanyak 87,6% pasien kejang demam tidak memiliki riwayat kejang di keluarga dan 76,6% tidak mengalami kekambuhan. Penyakit komorbid terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (62,8%), sedangkan penyakit non infeksi terendah adalah diabetes (0,7%). Kadar hemoglobin dan leukosit dalam rentang normal (masing-masing 54,5% dan 75,9%). Sebagian besar pasien memiliki status gizi diluar gizi baik (40,7%) dan tidak mendapatkan ASI eksklusif (26,9%), serta paling banyak dirawat ≥3 hari (82,1%). Kesimpulan penelitian ini adalah kejang demam sering terjadi pada anak laki-laki usia 6-24 bulan dengan suhu 38-40°C, KDS lebih banyak terjadi dengan durasi <15 menit, sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat dan kekambuhan kejang demam. Penyakit ISPA paling banyak menyertai kejang demam dengan kadar hemoglobin dan leukosit normal. Pasien kejang demam memiliki status gizi diluar gizi baik dan tidak mendapatkan ASI eksklusif dengan lama rawat ≥3 hari.