Proceedings of the Proceedings of the First International Conference on Religion and Education 2019, INCRE, October 8 – 10, 201 2020
DOI: 10.4108/eai.8-10-2019.2294520
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Iko-Iko Siala Tangang (Tracing Moderatism of Religious Concept From the Oral Traditions of Bajau)

Abstract: This study operates the descriptive qualitative method by interviewing, observing, and documenting, as a data collection technique. The purpose of this study is to uncover aspects of religious moderation in the oral traditions of the Bajau tribe in Wakatobi and use it as a database for the development of religious moderation based on local wisdom. The research carried out in Bajau Mola Wakatobi Village found that one of Bajau's oral traditions namely Iko-Iko is a literary genre that contains moral messages, in… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
4
0
3

Year Published

2021
2021
2022
2022

Publication Types

Select...
4
1

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(7 citation statements)
references
References 4 publications
0
4
0
3
Order By: Relevance
“…Kearifan lokal merupakan pemberdayaan potensi nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para leluhur serta mengandung kebaikan secara arif dan bijak untuk kemaslahatan masyarakat (Ruslan, 2018), sedangkan Hanafi (2012) dalam bukunya menyatakan multikultiralisme dapat dianggap sebagai kearifan untuk melihat keragaman budaya sebagai realitas yang fundamental dalam kehidupan bermasyarakat, Hal ini juga dianggap sebagai kearifan (Hanafi, 2012). Sementara itu, kearifan lokal terbentuk dari kebudayaan masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu.Dalam perspektif historiografi, kearifan lokal dapat membentuk keberadaan sejarah lokal setempat (Muslim, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kearifan lokal merupakan pemberdayaan potensi nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para leluhur serta mengandung kebaikan secara arif dan bijak untuk kemaslahatan masyarakat (Ruslan, 2018), sedangkan Hanafi (2012) dalam bukunya menyatakan multikultiralisme dapat dianggap sebagai kearifan untuk melihat keragaman budaya sebagai realitas yang fundamental dalam kehidupan bermasyarakat, Hal ini juga dianggap sebagai kearifan (Hanafi, 2012). Sementara itu, kearifan lokal terbentuk dari kebudayaan masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu.Dalam perspektif historiografi, kearifan lokal dapat membentuk keberadaan sejarah lokal setempat (Muslim, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hasil kajian ini mengungkap sisi patriotisme agamawan yang tidak sekadar mementingkan jalan dakwahnya, tetapi juga berjuang menjaga dan menegakkan nilai kebangsaan serta kemanusiaan dalam bingkai kedamaian bersama (Suryaningsih, 2020). Para penganjur Islam terdahulu ternyata tidak hanya berfokus bagaimana menyebarkan agamanya secara luas tetapi mereka peduli dengan pengembangan politik dan ekonomi, penguatan kebangsaan (Subair, 2019), harmonisasi hubungan masyarakat (Muslim, Idham, & Subair, 2020) dan mereka juga peduli dengan pengembangan karakter budaya masyarakat lokal (Muhammad Irfan Syuhudi, Sitti Arafah Syamsurijal, Sabara Idham, Baso Marannu Basman, Abu Muslim, Muh Subair, Reslawati Nensia, Ahsanul Khalikin, Muhammad Nur Indo Santalia, 2022) di mana mereka berada, sehingga kecintaan dan kesetiaan masyarakat terhadap budayanya masih dapat terjaga hingga kini.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Budaya dan religi memang sering berbeda dalam praktik dan penerapan keyakinan. Namun demikian keduanya sering banyak titik temu yang menarik diperbincangkan (Muslim, 2019).…”
Section: Metodeunclassified