2012
DOI: 10.5728/indonesia.93.0147
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Indonesian Cultural Policy in the Reform Era

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
5
0
5

Year Published

2012
2012
2023
2023

Publication Types

Select...
6
2

Relationship

0
8

Authors

Journals

citations
Cited by 31 publications
(10 citation statements)
references
References 36 publications
0
5
0
5
Order By: Relevance
“…It was caused by the presence of control and prohibition of some activities that would disturb public order or ideological threat, especially communism. New Order government through the Directorate of Culture supervised, assessed, and controlled every cultural activity, including women's activities (Jones, 2012).…”
Section: The Flourish Of Literary Work After Reformation Eramentioning
confidence: 99%
“…It was caused by the presence of control and prohibition of some activities that would disturb public order or ideological threat, especially communism. New Order government through the Directorate of Culture supervised, assessed, and controlled every cultural activity, including women's activities (Jones, 2012).…”
Section: The Flourish Of Literary Work After Reformation Eramentioning
confidence: 99%
“…Lebih jauh lagi, museumisasi ini dapat diartikan sebagai orientasi kebijakan kebudayaan suatu pemerintah daerah. Terkait dengan kebijakan kebudayaan, Jones (2007Jones ( , 2012 mengungkapkan adanya agenda dan pendekatan yang berbeda-beda yang bersaing untuk mewarnai kebijakan kebudayaan Indonesia pascareformasi. Terlepas dari adanya persaingan tersebut, satu pendekatan yang masih berlaku yaitu yang memandang kebudayaan sebagai alat untuk pembangunan sosial dan ekonomi (Jones, 2007(Jones, , 2012.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Terkait dengan kebijakan kebudayaan, Jones (2007Jones ( , 2012 mengungkapkan adanya agenda dan pendekatan yang berbeda-beda yang bersaing untuk mewarnai kebijakan kebudayaan Indonesia pascareformasi. Terlepas dari adanya persaingan tersebut, satu pendekatan yang masih berlaku yaitu yang memandang kebudayaan sebagai alat untuk pembangunan sosial dan ekonomi (Jones, 2007(Jones, , 2012. Pendapat Jones tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Erb (2007) tentang museumisasi, yaitu bahwa orientasi kebijakan kebudayaan di Indonesia masih banyak menekankan aspek kepentingan ekonomi, misalnya untuk pariwisata.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Studi tentang politik kebudayaan dan kebijakan budaya di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa ahli baik dari dalam maupun luar negeri, antara lain Jennifer Lindsay (1995), Joergen Hellman (1999), Tod Jones (2005), Julianti Parani (2011), dan Dhanang Respati Puguh (2015. Lindsay membahas tentang kebijakan budaya di Asia Tenggara; Hellman membahas tentang revitalisasi teater tradisional yang memfokuskan pada Longser; Jones membahas tentang kebijakan kebudayaan Indonesia selama periode 1950-2003; Parani membahas tentang seni pertunjukan Indonesia sebagai suatu politik kebudayaan; Puguh membahas tentang kebijakan-kebijakan budaya untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Jawa Surakarta.…”
Section: Pendahuluanunclassified