Indonesian people have already familiar in facing natural or social disaster, for geological natural disaster case is affected by the Indonesian geographical location which is rounded up by three, Eurasia, Indo-Australia and Pacific plate, so Indonesia has many volcanoes which known as ring of fire because of this, Indonesian people should adapt about natural disaster, while for social disaster caused by misbehavior of Indonesian which is un fit with dharma [1]. It is reflected by some government and local policies that un-support the concept of disaster aware, and there are many other region which is affected social and natural disaster. The People of “Sedulur Sikep” or usually called Samin tribe, are depending on their nature and natural sustainability, they live in Klopoduwur, Blora. The elder of sedulur sikep is Raden Kohar which is usually called ki Samin Surosentiko [2], his delivered thought is about how to life by good attitude that emboided through 10 atitude and 5 prohibition. In their life attitude there are norms of how to respect and preserve the nature for the next generation. Because of this, I interested in doing research entitled “Disaster perspective of Sedulur Sikep Community”. This research is qualitative research, the technique of data collection by doing interview, observation and documentation. The technique of analyzing data applied source triangulation. The results of the researches are: 1) there are two kinds of disaster according to Sedulur Sikep they are Social and Natural Disaster, disaster is when humans unable to try to survive in their life, in example when floods happens caused crop failure they are still able to survive by fishing/ fish sailing or become a driver; 2) disaster is caused by natural symptoms that affected by human that misbehavior, and the most dangerous disaster is social which is appear caused by government policies that unsupported natural preserve; 3) social disaster occurred because of human cannot benerke utterance and ngapusi sepodone, cement factory is held in mount Kendeng area devastated karst ecosystem and there is no socialization to the society of North Kendeng which is can be called ngapusi sepodone (Human fooling and lying).
Masyarakat Indonesia sudah terbiasa akan terjadinya bencana, baik alam maupun sosial, untuk bencana alam kasus geologis, ini dipengaruhi oleh letak Indonesia yang merupakan tempat pertemuan antar tiga lempeng yakni lempeng Eurasia, lempeng Indo- Australia, dan lempeng pasifik, hal inilah yang mengakibatkan Indonesia memiliki banyak gunung api aktif yang disebut dengan cincin api (ring of fire) dari hal ini hendaknya masyarakat Indonesia sudah seharusnya adaptasi terkait bencana, sedangkan bencana sosial yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh perilaku yang tidak sesuai dengan dharma [1]. Perilaku tersebut tercermin oleh beberapa kebijakan baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang belum sesuai dengan konsep sadar bencana, masih banyak daerah di Indonesia yang terdampak bencana alam dan bencana sosial. Masyarakat sedulur sikep atau yang biasa di sebut suku samin, adalah kelompok masyarakat yang mengandalkan hidupnya pada alam dan kelestarian lingkungan, mereka adalah pejuang kelestarian alam. Sedulur sikep berasal dari Blora tepatnya daerah Klopoduwur, sesepuh dan pendiri sedulur sikep adalah Raden Kohar yang biasa disebut Ki Samin Surosentiko [2], ajaran yang disampaikan beliau yakni tentang bagiamana menjalani hidup dengan laku yang baik, terejawantahkan melalui 10 laku hidup dan 5 pantangan. Di dalam laku hidup mereka terdapat nilai bagaimana menghargai alam dan menjaga kelestariannya untuk kehidupan generasi yang akan datang. Berangkat dari hal ini penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perspektif Kebencanaan Menurut Komunitas Sedulur Sikep”. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, teknik Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan dengan cara triangulasi sumber. Hasil penelitian yakni, 1) Bencana menurut sedulur sikep di bedakan menjadi dua yakni bencana alam dan bencana manusia (sosial), bencana dalam perspektif sedulur sikep ketika manusia sudah tidak mampu berusaha untuk survive di dalam kehidupan mereka, misalnya ketika banjir dan mengakibatkan gagal panen sedulur sikep masih bisa bekerja untuk survive dengan mencari ikan (nelayan) maupun mocok pekerjaan lainnya, misalnya jadi sopir; 2) Bencana alam merupakan bencana yang terjadi akibat gejala alam akibat perilaku manusia yang tidak sesuai dengan laku hidup, paling berbahaya adalah bencana sosial yang ditimbulkan oleh kebijakan pemimpin yang tidak sesuai dengan kelestarian lingkungan alam; 3) Bencana sosial terjadi akibat manusia sudah tidak mampu benerke ucapan dan ngapusi sepodone, munculnya pabrik semen di wilayah pegunungan kendeng merusak ekosistem karst tidak pernah ada sosialisasi ke masyarakat di sekitar pegunungan kendeng utara, hal ini merupakan bentuk “ngapusi sepodone” (membodohi dan membohongi sesama manusia).