Sel surya memiliki keunggulan dalam biaya produksi yang rendah dan efisiensi yang tinggi, dan telah menjadi salah satu contoh energi terbarukan yang bersih, dengan produk terbanyak berjenis silicon polycrystalline dan silicon monocrystalline menjadi produk utama di pasar photovoltaic (PV). Kelemahan dari sel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat dengan intensitas cahaya rendah, efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan. Suatu modul PV memiliki karakteristik daya keluaran yang dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari yang diterima oleh modul. Kenaikan suhu sel surya lebih tinggi akibat radiasi matahari akan menurunkan daya sel surya. Beberapa parameter lain yang berpengaruh pada kinerja sel surya selain radiasi cahaya matahari dan suhu, adalah daya pembebanan yang berpengaruh pada efisiensi produksi daya modul PV. Dalam sistem PLTS terdapat empat bagian utama, yaitu PV, Solar Charger Controller (SCC), Baterai, dan Inverter. Fungsi utama solar charge controller adalah untuk menjaga jumlah muatan yang berasal dari PV ke sistem baterai untuk menghindari overcharge. Fungsi dasar dari SCC adalah, membatasi dan mengatur tegangan dari modul PV untuk menghindari pengisian dan pengosongan baterai yang berlebihan. SCC di pasaran terdapat versi MPPT, meskipun ada versi PWM yang tidak dibahas pada penelitian ini. SCC berjenis MPPT mampu memaksimalkan daya maksimum dari modul PV. MPPT memonitor daya keluaran modul PV, membandingkannya dengan tegangan baterai kemudian memberikan daya maksimum yang dapat dihasilkan modul PV untuk mengisi baterai. Pada pengujian yang telah dilakukan terbukti bahwa pengunaan modul MPPT mampu memaksimalkan produksi daya dari modul PV, hal ini dikarenakan pada kondisi pengujian diberikan dummy load dengan hambatan rendah, sehingga tegangan pada panel surya tanpa MPPT drop baik pada jenis silicon monocrytalline maupun polycrystalline, sebaliknya, pada MPPT tidak terjadi daya turun yang berlebihan.
Keyword : Buck Converter, Efisiensi, Energi, MPPT, Sel Surya.