Kasiturusan Sebagai Etika Solidaritas Sosial-Teologis Masyarakat Toraja

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali budaya Kasiturusan sebagai Etika Solidaritas Sosio-Teologis dalam kehidupan masyarakat Toraja. Budaya kasiturusan dalam masyarakat Toraja sangat penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat Toraja. Namun dalam kehidupan modern saat ini, budaya Kasiturusan sudah mulai terkikis dan pudar. Penelitian ini menggunakan metode dekonstruksi, teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi, serta buku dan artikel pendukung. Hasil yang diperoleh bahwa budaya Kasiturusan merupakan budaya yang mempersatukan dan mempererat solidaritas masyarakat Toraja melalui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Budaya ini merupakan media yang membawa masyarakat Toraja ke dalam aliansi yang kuat. Kasih Kristus Yesus yang diberikan kepada umat-Nya membuat rasa solidaritas terjalin dengan baik dalam landasan yang kuat dan kokoh.

Teologi Kasiturusan: Konstruksi Teologi Lokal Atas Hermeneutika Lukas 10:25-37

“…Bahkan, masyarakat Toraja sudah ada di tempat kegiatan berlangsung beberapa hari sebelum kegiatan itu dimulai. Mereka tidak hanya datang begitu saja, tetapi juga datang untuk saling membantu dan menolong dalam berbagai aspek agar kegiatan yang hendak dilakukan berjalan dengan baik (Paillin, 2022). Prinsip ini terus dilakukan oleh masyarakat Toraja sebab mereka terikat dalam satu pemahaman bahwa mereka semua adalah saudara (raputallang).…”

“…Menurut Yohanis Pala'langan, seperti yang dikutip oleh Wiranto dalam tulisannya, mengatakan bahwa kasiturusan merupakan "pengkaran situru' pa'rapuan" atau kegiatan (pekerjaan) yang dilakukan dengan keluarga atau dengan penyelenggara kegiatan secara bersamasama. Kata pa'rapuan, yang digunakan pada kalimat tersebut, berasal dari akar kata "rapu" atau keluarga besar dan/atau hubungan darah (Paillin, 2022). Berdasarkan hal ini jugalah, Kobong mengatakan dalam tulisannya bahwa "pa'rapuan" berarti tempat keluarga besar (rapu) merasa betah (Kobong, 1992).…”

“…Kemudian, ada beberapa yang mungkin saja secara materi tidak mampu, tetapi tetap ikut berpartisipasi dengan menyalurkan tenaga dan pemikiran. Tenaga di sini sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan tempat berkegiatan dan lain sebagainya (Paillin, 2022). Namun, hal yang perlu diketahui bahwa pemberian tenaga, pemikiran, dan materi bukanlah aspek utama dari budaya kasiturusan ini.…”

“…Maksudnya adalah ketika ada masyarakat Toraja yang sedang berduka maka sudah sewajibnya bagi masyarakat lain untuk menguatkan keluarga yang berduka. Hal ini dilakukan agar rasa empati dan simpati berdasarkan kekeluargaan terus terjaga dan tidak hilang dari masyarakat Toraja (Paillin, 2022), padahal inilah yang kemudian membuat masyarakat Toraja hingga saat ini terus berada pada tatanan yang damai sebab selalu memegang teguh prinsipprinsip dari kebudayaan mereka.…”

Karapasan Dan Kasiturusan: Peran Tradisi Lisan Dalam Upaya Menjaga Relasi Masyarakat Lintas Iman Di Tana Toraja

“…Adapun tulisan terdahulu yang dapat dirunut membahas kasiturusan dari aspek Etika Sosial-Teologis. Paillin (2022) menjelaskan bahwa kasiturusan merupakan budaya yang mempersatukan serta mempererat solidaritas masyarakat Toraja. Budaya ini menjadi media yang membawa masyarakat Toraja ke dalam aliansi yang kuat.…”