Reog art has become the identity of the Ponorogo district. Paguyuban Singo Mudo in Sidoharjo village, Ponorogo regency, is the only one that preserves the unique local wisdom of reog, namely reog dadak lar pitik. This reog was made because the community in Sidoharjo had difficulty getting peacock feathers and tiger skin as basic reog ingredients, so they were replaced with dadak lar pitik and civet skin. Then reog dadak lar pitik is believed to be a tradition to bring rain. This research aims to analyze the values of religious moderation in the local wisdom of reog dadak lar pitik. This research was conducted using a qualitative approach with ethnographic methods. The data collection tools were observation sheets, interview sheets, documentation, and Forum Group Discussion (FGD). The findings are first, preserving local culture can be seen in people who still uphold the reog dadak lar pitik performance as a means of bringing rain. Second, tolerance is seen in people who still respect the opinion of the belief that this reog can bring rain, even though many people no longer believe it. The third is the absence of conflict of belief, whether those who believe in the myth of reog dadak lar pitik can bring rain, because this reog was used as a means of da'wah. Fourth, patriotism is depicted in the characters of the reog actors who have a patriotic spirit. Kesenian reog menjadi identitas kabupaten Ponorogo. Paguyuban singo mudo di Desa Sidoharjo, kabupaten Ponorogo satu satunya yang melestarikan kearifan lokal reog yang unik yaitu reog dadak lar pitik. Reog dadak lar pitik dibuat karena masayarakat di Sidoharjo kesulitan mendapatkan bulu merak dan kulit harimau sebagai bahan dasar reog sehingga diganti dengan dadak lar pitik dan kulit musang. Kemuadian reog dadak lar pitik dipercaya sebagai tradisi untuk mendatangkan hujan. Tujuan penelitian ini untuk menganalissis nilai-nilai moderasi beragama dalam kearifan lokal reog dadak lar pitik. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi, lembar wawancara, dokumentasi, dan Forum Group Discussion (FGD). Temuan penelitian ini pertama melestarikan budaya lokal tampak pada masyarakat yang masih memegang teguh pertunjukan reog dadak lar pitik sebagai sarana mendatangkan hujan. Ke dua, toleransi terlihat pada masyarakat yang tetap menghargai pendapat kepercayaan bahwa reog dadak lar pitik dapat mendatangkan hujan, walaupun banyak masyarakat yang sudah tidak percaya. Ke tiga perdamaian tampak dari tidak adanya konflik kepercayaan baik yang percaya dengan mitos reog dadak lar pitik dapat mendatangkan hujan atau tidak, karena reog dadak lar pitik dijadikan sarana dakwah. Ke empat, patriotisme tergambarkan pada tokoh-tokoh pemeran reog yang memiliki jiwa patriotisme.