Penelitian ini mencoba menelusuri interaksi orang orang Bugis yang tersebar di belahan nusantara, khususnya di wilayah pesisir laut. Fenomena ini menarik untuk dikaji, tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang bagaimana kehidupan migran Bugis di beberapa daerah khususnya di Kota Bitung, sekaligus menjelaskan peran migran Bugis dalam bidang sosial khususnya pengembangan pendidikan agama. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dengan tiga pendekatan yaitu studi dokumen, pengamatan langsung, dan wawancara, dengan informan kunci tokoh masyarakat dan agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka orang-orang Bugis dalam perantauan mampu hidup berdampingan dengan suku migran lain dan menjunjung nilai budaya setempat sehingga bisa diterima keberadaannya. Karena itu, mereka hidup rukun bersama warga penduduk lokal. Salah satu sifat orang Bugis yang selama ini dikenal dengan tradisi senang merantau juga tidak terlepas dari keperdulian mereka terhadap pengembangan agama di dunia pendidikan jika berhasil dalam perantauan. Diantara mereka ada yang telah menjadi Pejabat Pemerintah setampat, Anggota DPR, TNI, dan Pengusaha.
This study aims to find out the political dynamics of regional and national parties in Acehs’ regioal election 2017. This study is also aimed to investigate the factors that influence the political dynamics of that particular regional election. The political dynamics in Aceh is very fluctuated. This fluctuation may be caused by the escalation of lobbying done by the political parties that has dominant influence. However, this domination seems to change from time to time particularly in certain districs. In Bireun district for example, the figures from certain national parties had been acknowledged by the local community in the previous regional election in 2017. This change was not only occured in the executive level but also in the composition of legislative members in the regional election as seen in 2014 elections’. This study used the qualitative descriptive method. The data was collected mainly from words, sentences or images that have insight meaning and trigger more tangible understanding than numbers or frequencies. The data was gathered from interview and observation in Banda Aceh. As for qualitative research, the data collection was carried out in the natural setting. The primary data source and data collection technique were more focus on the observation, in-depth interview and also documentation. The result showed that the dynamics of political development between regional and national parties were very dynamic. This dynamic was influenced by the fundamental aspect in politics, that is the interest of the party. The study suggested that the interest between regional and national parties at the district and provincial level have different degree of interest. However, in order to get the seat in the national parliament, these parties might be enggage in a political compromise. On the other hand, the political dynamics between regional and national parties lies in the party ideology itself.
Moderasi beragama akan menjaga kemajemukan dalam masyarakat dan tidak mengandug paham tertentu, modal sosial merupakan nilai yang dimiliki oleh individu maupun kelompok yang dapat menjadikan mereka saling menghargai. Pluralisme sebagai elemen pengikat dan pemersatu bangsa, sedangkan perpecahan akan menimbulkan sikap ekstrem yang bisa memusuhi dan tidak memiliki faktor pemersatu. Kesadaran ini harus dibangun dengan sikap yang mengharuskan setiap individu atau kelempok dengan mengedepankan keseimbangan. Penelitian ini membahas nilai yang terkandung dalam Kearifan Lokal Sintuwu Maroso dapat di katakan bagian dari moderasi beragama serta bagaimana efektifitas nilai Sintuwu Maroso membangun dinamika moderasi beragama juga strategi apa yang mengandung unsur moderasi beragama dapat di implementasikan dalam kebijakan. Metode penelitian deskriptif kualitatif yang di gunakan dalam penelitian ini, melalui penelusuran kearifan lokal di masyarakat Pamona Poso. Dengan melakukan analisis data, informan penelitian terdiri dari informan kunci, informan ahli dan informan biasa, teknik wawancara sebagai instrumen pengumpulan data untuk mendukung penelitian. Hasil penelitian ini menemukan banwa Budaya Sintuwu Maroso merupakan budaya yang di miliki oleh Suku Pamona Poso, Tau Piamo (orang dahulu) merupakan leluhur mereka yang mewarisi budaya ini yang mempunyai ruh yaitu Mesale (gotong royong), mengandung nilai luhur yang bermanfaat dalam kehidupan sosial masyarakat. Kebijakan Pemerintah Daerah untuk menjadikan lambang Adat Suku Pamona Poso sebagai logo dan motto daerah, kesediaan masyarakat dalam mengikuti aktifitas yang disebut dengan istilah Mosintuwu, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dalam bentuk memberi sesuatu, dasarnya adalah kebersaamaan yang merupakan salah satu bangunan relasi sosial. Kebijakan strategis pemerintah daerah seperti himbauan untuk turut berpasrtisipasi dalam pesta adat, membangun simbol budaya, memasukan mata pelajaran muatan lokal pada satuan pendidikan, ikut sertanya aparat pemerintah dalam menjaga dan melestariankan nilai luhur budaya dari warisan para leluhur mereka.
<p><em>This article examines religious literacy in the veil Community. Religious literacy is seen as a forum for maintaining religious moderation and even strengthening religious moderation in the Veil Community, Takalar. The stigma of the veil is often a measure of how extreme a person is in religion. However, unlike the veiled village community in Galesong, they are very moderate and essential in overseeing religious moderation. They are very inclusive by building good relations with the local community, building educational institutions, prospering mosques, and building radio stations as a forum for preaching. In addition, this article also examines the long journey of forming a veiled village community. They were finally able to mingle with the local community with various approaches, although there were several rejections during the initial period of their arrival. The data found came from direct interviews with the local community and community. Data tracking and data processing are operated using qualitative research methods. </em></p>
ABSTRAK Liberalisasi pendidikan telah menjadi perdebatan hangat sejumlah kalangan, padahal jika dimaknai secara benar, liberalisasi sesungguhnya diperlukan untuk memberikan keleluasaan bagi penyelenggara pendidikan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi, seperti yang dikemas dengan otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah. Dalam konteks ini, yang sesungguhnya diperlukan adalah adanya peraturan yang tetap menjamin akses pendidikan bagi semua warga negara, terproteksinya nilai-nilai luhur bangsa, dan tetap eksisnya perguruan lokal (termasuk swasta) di tengah persaingan internal maupun kompetisi global yang semakin sulit terbendung. Kata Kunci: liberalisasi pendidikan, modal asing, BHP (Badan Hukum Pendidikan)
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.