Terlepas dari komitmen pada kesetaraan gender dalam pembangunan, masyarakat Bali masih memiliki sistem kekerabatan yang terpusat pada laki-laki (patrilineal) yang mencerminkan sifat patriarkis. Hal ini menghasilkan ketidaksetaraan gender dalam beberapa aspek, termasuk partisipasi dalam program kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana gender diperhitungkan dalam pelaksanaan program Posyandu di Bali dan untuk menentukan sejauh mana kesetaraan gender diterapkan dalam konteks ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini termasuk pengurus Posyandu, anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam program Posyandu, serta informan kunci yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan informan kunci, dan analisis dokumen terkait pelaksanaan program Posyandu. Instrumen penelitian mencakup pedoman wawancara dan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, melibatkan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya berbagai upaya untuk mengakomodasi kesetaraan gender dalam pelaksanaan program Posyandu, terutama dalam hal komposisi perempuan dan laki-laki yang terlibat. Namun, masih terdapat ketidaksetaraan gender dalam partisipasi dan manfaat dari program ini, yang terkait dengan norma sosial dan budaya di Bali. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada langkah-langkah positif dalam mengakomodasi kesetaraan gender dalam kebijakan kesehatan, namun tantangan tetap ada dalam mewujudkan kesetaraan gender yang lebih mendalam dalam konteks sosial dan budaya Bali. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya upaya lebih lanjut untuk mengedukasi dan mempromosikan kesetaraan gender dalam masyarakat Bali, dengan memperhatikan konteks budaya setempat.