The Song of Solomon is one of the books of Poetry. This book has been accepted into canonization as an inspired writing by God. This book gets a lot of attacks and criticisms as a book that does not deserve to be called the word of God because many sentences have erotic nuances, the phenomenological implications of this book rarely get a portion in readings in Christian Worship, even the majority of Christians suggest not to use the Song of Solomon as a reference. Reading in a general context and only read in a special class and the phenomenon occurs in the context of College Theology Students. In addition, the Song of Solomon also raises debates regarding the approach to reading the book. Through qualitative methods, specifically descriptive and phenomenological analysis. The results of this study indicate that the Song of Solomon needs to get a place in Christian worship readings, but before entering the general reading of the Song of Solomon it is necessary to study it specifically to avoid misunderstanding the theological meaning in every word and sentence that has an erotic feel.
Kitab Kidung Agung adalah salah satu kitab Puisi. Kitab ini telah diterima dalam kanonisasi sebagai tulisan yang diilhamkan oleh Allah. Kitab ini banyak mendapatkan serangan dan kritikan sebagai kitab yang tidak pantas disebut sebagai firman Allah karena ada banyak kalimat yang bernuansa erotis, implikasi secara fenomenologis kitab ini jarang mendapatkan porsi dalam pembacaan di Ibadah Kristen, bahkan mayoritas umat Kristen menyarankan untuk tidak menggunakan kitab Kidung Agung sebagai pembacaan dalam konteks umum dan hanya dibaca dalam kelas khusus dan fenomena tersebut terjadi dalam konteks Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi. Selain itu kitab Kidung Agung juga menimbulkan perdebatan dalam hal pendekatan pembacaan kitab. Melalui metode kualitatif secara khusus melakukan analisis deskriptif dan fenomenologis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kitab Kidung Agung perlu mendapatkan tempat dalam pembacaan di ibadah Kristen, namun sebelum memasuki pembacaan umum kitab Kidung Agung perlu dipelajari secara khusus untuk menghindari kesalahpahaman makna teologis dalam setiap kata dan kalimat yang bernuansa erotik.