Ketahanan Nasional Berbasis Ketahanan Keluarga pada Masa Pandemic Covid-19 di Kabupaten Bandung

Abstract

Ketahanan nasional (national resilience) baru akan terwujud ketika ditopang oleh ketahanan pada lapisan dibawahnya yakni ketahanan regional/wilayah. Ketahanan regional/wilayah juga mustahil tercipta jika tidak adanya ketahanan pada level keluarga (diri/individu). Pandemic Covid-19 berpotensi mengancam ketahanan nasional bangsa Indonesia. Oleh karenanya keluarga sebagai pilar penyokong ketahanan nasional harus ditingkatkan peranannya. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat memiliki tanggung jawab dalam mencetak generasi penerus yang unggul dan berdaya saing, mendidik anak bangsa yang memiliki kecerdasan yang berimbang antara intelektual, moral, dan juga spiritual. Tulisan ini bermaksud menerangkan kondisi ketahanan keluarga pada masa Pandemic Covid-19 serta menjelaskan kontribusi keluarga dalam mewujudkan ketahanan masyarakat yang berdampak terhadap menguatnya ketahanan nasional bangsa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara (interview) dan penyebaran kuesioner kepada responden. Pendekatan kualitatif dipilih dalam kajian ini melalui studi pustaka yang relevan.Kata Kunci: Ketahanan Nasional, Ketahanan Keluarga, Pandemic Covid-19

Ketahanan Keluarga Pada Pasangan Suami Istri Disabilitas Sensorik Di Kota Semarang

“…(Abadiyah, Ardi, & Tulab, 2020) Berdasarkan teori ketahanan keluarga, suatu keluarga dapat dikatakan mempunyai tingkat ketahanan keluarga yang tinggi ketika mencapai aspek keutuhan keluarga, ketahanan fisik, ketahanan ekonomi, dan ketahanan psikologis. (Iyoega, Artisa, & Kirana, 2022) Namun kenyataannya berdasarkan hasil dari data wawancara penilitian terdapat 6 responden, ketahanan keluarga para pihak disabilitas sensorik kecamatan semarang barat menunjukkan, tidak semua keluarga disabilitas sensorik memenuhi semua aspek berdasarkan ketentuan dalam teori ketahanan keluarga.…”

Pandangan Hukum Islam Terhadap Cerai Gugat pada Usia Dini Pernikahan di Pengadilan Agama Maninjau

“…Akan tetapi mereka lebih memilih jalan perceraian daripada melanjutkan pernikahan. (Iyoega et al, 2022) Dapat dipahami bahwa sebelum cerai gugat diajukan ke Pengadilan Agama keluarga pihak isteri dan pihak suami sudah melakukan upaya mencarikan jalan keluar atas permasalah yang terjadi antara suami isteri. Dan ketika perkara masuk ke Pengadilan, di Pengadilan juga dilaksanakan mediasi untuk mencarikan solusi atas permasalah suami isteri tersebut.…”