2019
DOI: 10.24114/jupiis.v11i1.12305
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Ketidakadilan Budaya Patriarkhi terhadap Perempuan di Nias

Abstract: The writing of this journal aims to give a new view of how a woman who in Ono Niha mythology has very high respect, but in reality the woman in Nias is the object of injustice in the culture of Patriarchy that has been formed for a long time in Nias. In this journal, using a descriptive-analytical approach with a qualitative approach. The qualitative approach emphasizes the accuracy of data, it will use an inductive approach, which means that data will be collected, approached, and abstracted through interview… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2019
2019
2023
2023

Publication Types

Select...
4

Relationship

1
3

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(3 citation statements)
references
References 4 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Namun, hal tersebut bergeser dan mengalami konstruksi sosial pada suku Nias yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adanya budaya patriarki di beberapa kalangan masyarakat. Gulo (2019) mengungkapkan hasil penelitian bahwa di Nias, Perempuan mengalami ketertindasan dalam budaya patriarki sesungguhnya sebab konstruksi sosial yang membuatnya di nomor duakan dan dianggap selaku kalangan lemah serta rendah bersumber pada kodrat atas label kodrat. Dari kebanyakan kasus yang terjadi pada wanita suku Nias yang sudah menikah sebagai pribadi subordinat yang pada umumnya disebut boli gana'a (pribadi belian) karena keluarga besar suami telah memberi bowo (mahar), dimana selanjutnya tubuh istri menjadi milik pribadi suami, tetapi tenaga (pekerjaannya) milik keluarga (mertua dan ipar) dan suami (Gee, 2017).…”
Section: Latar Belakangunclassified
“…Namun, hal tersebut bergeser dan mengalami konstruksi sosial pada suku Nias yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adanya budaya patriarki di beberapa kalangan masyarakat. Gulo (2019) mengungkapkan hasil penelitian bahwa di Nias, Perempuan mengalami ketertindasan dalam budaya patriarki sesungguhnya sebab konstruksi sosial yang membuatnya di nomor duakan dan dianggap selaku kalangan lemah serta rendah bersumber pada kodrat atas label kodrat. Dari kebanyakan kasus yang terjadi pada wanita suku Nias yang sudah menikah sebagai pribadi subordinat yang pada umumnya disebut boli gana'a (pribadi belian) karena keluarga besar suami telah memberi bowo (mahar), dimana selanjutnya tubuh istri menjadi milik pribadi suami, tetapi tenaga (pekerjaannya) milik keluarga (mertua dan ipar) dan suami (Gee, 2017).…”
Section: Latar Belakangunclassified
“…Ada model Metaforal teologi, model of god dalam kekristenan dan ia mengkritik istilah-istilah yang dipakai dalam kekristenan yang sarat dengan model abrahamik. Kita menjadi manusia melalui belajar dan berelasi dengan orang lain dalam komunitas yang sudah kita pelajari secara terus-menerus dan kita perdalam dan menghasilkann kitab keagamaan yang menjadi patron dalam kehidupan social kita dalam pembentukan kemanusiaan (Gulo, 2019) (Nasution, 2006).…”
Section: Hasil Dan Pembahasan Suboordinasi Kepemimpinan Perempuanunclassified
“…Terutama akan diberikan penanganan yang khusus untuk menyelesaikan perkara anak. Begitu juga dengan perkara yang mengikutsertakan perempuan yang menjadi korban dalam perdagangan orang, tentunya akan mendapatkan perhatian lebih oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Munthe, 2015;Mubarak, 2016;Dalimoenthe, 2018;Gulo, 2019) Perempuan dan anak adalah subjek yang mudah untuk dijadikan sebagai korban. Modus yang digunakan dalam merayu calon korban adalah dengan menjanjikan berbagai kemewahan dan kesenangan untuk menjebak para calon korbannya, yakni memberikan janji palsu, menjebak, mengancam, menyalahgunakan wewenang, menjerat dengan hutang, melakukan perkawinan, menculik, dan bahkan menyekap.…”
Section: Pendahuluanunclassified