Terlepas dari status fisiknya, pasien CKD perlu merasakan self-acceptance terhadap dirinya sendiri. Pada penelitian ini, pasien CKD yang menjalani hemodialisis di RSU Dadi Keluarga Purwokerto akan diperiksa hubungan antara dukungan sosial dan penerimaan diri. Dengan pendekatan cross-sectional, non-probability Accidental Sampling sebagai strategi pengumpulan sampel, dan formula software G-power untuk pengambilan sampel, metode penelitian ini menggunakan analisis korelatif untuk mengumpulkan data dari 70 responden. Kuesioner Penerimaan Diri Tanpa Syarat (USAQ) dan Kuesioner Dukungan Sosial digunakan dalam penelitian ini. 43 responden (61,4%) berjenis kelamin laki-laki dan berusia antara 46 hingga 65 tahun merupakan karakteristik mayoritas. 13 hingga 24 bulan dihabiskan untuk hemodialisis. 18 responden (25,7%), yang pendidikan terakhirnya adalah SMA atau SMP, masing-masing 49 responden (70%) dan 35 responden (50%) mempunyai pekerjaan. Berdasarkan hasil variabel independen dan dependen, diperoleh dukungan sosial baik sebanyak 51 responden (72,9%) dan penerimaan diri sedang sebanyak 47 responden (67,1%). Dengan nilai p-value 0,000 (p-value 0,005) dan koefisien korelasi 0,619, temuan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan substansial antara dukungan sosial dan penerimaan diri. Hubungan ini kuat. Hasilnya, pada seseorang yang pernah menjalani terapi hemodialisis, dukungan sosial sangat erat kaitannya dengan penerimaan diri.