Konstruksi Hubungan Alam dan Manusia melalui Kerangka Maskulinitas Ekologis dalam Film Jungle (2017): Ekokritik Sastra

Abstract

This study examines the construction of the human-nature relationship in the Jungle (2017) movie. Jungle movie presents the mindset and behavior of men through four male characters (Yossi, Marcus, Kevin, and Karl) towards the wild (wilderness) as a masculinity framework. Using a qualitative method with an ecocriticism approach, especially related to ecological masculinity by Hultman and Pulé, this study shows how the construction of human-nature relationships through masculinity framework presents ecological masculinity as a form of hegemonic masculinity negotiation. The analysis focuses on two aspects of film studies: narrative and cinematographic by Bogss and Petrie. The results of this study indicate that in the depiction of nature through the Amazon Forest, nature is positioned as something dangerous, wild, scary, and capable of killing humans. Therefore, nature is represented as an entity that dominates humans. However, men's mindset and behavior towards nature present the illusion of a human versus nature dichotomy; in this case, the Jungle movie tries to present a critique of anthropocentrism. In addition, the mindset and behavior of male characters toward nature represent male masculinity models, especially ecological masculinity, as an alternative to hegemonic masculinity.

Pendidikan Informal Melaui Spiritualitas Alam dalam Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi Karya Okky Madasari

“…Utina (2009) menjabarkan bahwa alam menjadi sumber adanya kehidupan manusia, sebab alam menyuguhkan segala hal yang dibutuhkan manusia, seperti pangan ataupun obat-obatan dan kini alam menjelma menjadi salah satu tempat mata pencaharian manusia. Hal tersebut membuktikan dalam keadaan apa pun manusia akan tetap kembali kepada alam, sebab alam sebagai bentuk sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (Rinahayu & Kristianto, 2022). Dalam novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi pun menggambar alam sebagai sumber kehidupan manusia, berikut kutipannya.…”

Keselarasan Femininitas dan Maskulinitas dalam Cerpen “The Other Two” Karya Edith Wharton

“…Dengan kata lain, menurut Beynon maskulinitas adalah konstruksi yang dipengaruhi oleh lokasi. Hal serupa juga selaras dengan konsep Kivel, konstruksi maskulinitas laki-laki secara dinamis berubah dengan adanya faktor emosional manusia, seperti kegembiraan, rasa sakit, frustrasi, penghinaan, kesedihan, kesepian, harga diri, dst (Rinahayu & Kristianto, 2022). Kimmel (2000) memberikan penjelasan yang komprehensif tentang maskulinitas sebagai berikut.…”

Ekofeminsime dalam Film Nona Kedi yang Tak Pernah Melihat Keajaiban (2013)

“…Ia membongkar sebuah narasi pembenaran proyek patriarki Tuhan yang bercermin pada bentuk kolonialisme era American Ghotic, di mana hutan belantara Amerika ditampilkan sebagai ruang ambigu dari politik perbatasan dan kampanye perlawanan postmaternal. Rinahayu & Kristianto (2022) melihat konstruksi yang berbeda dari relasi alam dan maskulinitas dalam film Jungle (2017). Tokoh laki-laki dalam film memiliki sikap maskulinitas hegemonik, menjadikan alam sebagai sebuah tantangan dan menunjukkan keperkasaan laki-laki, sekaligus menganggap alam menjadi jalan kebebasan tanpa konstruksi sosial yang berlaku.…”