Latar Belakang: Banyak individu mengalami emotional eating saat pandemi sebagai cara untuk mengatasi rasa cemas dan bosan. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan konsumsi makanan tidak sehat yang mengarah pada kenaikan berat badan tidak terkontrol. Tujuan: mengetahui hubungan emotional eating dan kualitas diet dengan kenaikan berat badan pada masa pandemi.Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Jumlah subjek sejumlah 139 mahasiswi, berusia 18-23 tahun menggunakan metode consecutive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi data kenaikan berat badan, data emotional eating menggunakan Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ), asupan makan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ), kualitas diet menggunakan Diet Quality Index-International (DQI-I), data pengetahuan gizi menggunakan kuesioner pengetahuan gizi seimbang, aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF), dan durasi tidur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data dianalisis dengan uji rank spearman dan uji regresi logistik. Hasil: Terdapat 69% subjek mengalami kenaikan berat badan, 47% subjek menglami emotional eating tinggi, dan 81% subjek memiliki kualitas diet rendah. Penelitian ini menunjukan adanya hubungan emotional eating (p = 0,005 ; r = 0,236) dan kualitas diet (p = 0,002 ; r = -0,261) dengan kenaikan berat badan. Uji multivariat menunjukan bahwa kualitas diet yang berpengaruh terhadap kenaikan berat badan (p = <0,001).Kesimpulan: Emotional eating dan kualitas diet berhubungan dengan kenaikan berat badan mahasiswi pada masa pandemi COVID-19. Kualitas diet merupakan faktor risiko kenaikan berat badan.Kata kunci: Kenaikan berat badan, emotional eating, kualitas diet, mahasiswi