Lampung Macroeconomy: A Model of Social Accounting Matrix

Abstract

Indonesia’s economics contribute dominantly to the agriculture sector. Its also represented in Lampung Province, Indonesia. The main goal of the research was to design an agricultural development model. The method is approached by Social Accounting Matrix (SAM) model. SAM Lampung was designed as a macro model with an 8 x 8 matrix. Secondary data of Input-Output Lampung 2010 as basic data. Data sources get from Lampung Statistic Board and agriculture agency, industrial and trade agency, and Indonesia monetary authorization. The result revealed that based on the total multiplier, the agriculture sector is still dominant in Lampung’s economic structure. Unfortunately, agriculture’s household multiplier was the lowest compared with trade and industry, and services. This fact indicates that agriculture development is not adequate yet enhancing the farmer’s income. Agriculture development needs to address farmer’s households. Stimulation on agriculture exogenous balance is necessary to enhance farmers’ household income.

Sektor Pertanian untuk Pertumbuhan Ekonomi Regional Lampung

“…Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Lampung meskipun cenderung menurun, meskipun tetap menjadi sektor dominan sebagai basis aktivitas ekonomi dan leading sector bagi perekonomian Lampung (Fitriani et al, 2022). Tren penurunan kontribusi sektor pertanian perlu menjadi perhatian, mengingat pertanian merupakan sektor utama penyangga kecukupan dan ketahanan pangan bagi segenab masyarakat (Gambar 1).…”

“…Meskipun mengalami penurunan, namun sektor pertanian tetap mencatatkan pertumbuhan positif, bahkan pada situasi krisi akibat pandemi Covid 2019. Kontribusi sektor pertanian tetap dominan sebagai agregator engine pertumbuhan ekonomi regional dibandingkan dengan sektor lainnya (Fitriani et al, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa pengehala utama pertumbuhan ekonomi di Lampung disumbangkan oleh sektor pertanian.…”

“…Nilai tambah sektor pertanian akan semakin tinggi dengan tumbuh dan berkembangnya lini hilir agroindustri yang berbasis produksi pertanian skala rakyat. Dengan demikian, sumbangan nilai tambah dari sektor pertanian lebih tinggi dari kotribusi output sektor pertanian (Fitriani et al, 2022).…”