Sporotrikosis adalah mikosis yang menginfeksi jaringan kulit dan subkutan yang bersifat kronis. Infeksi ini disebabkan oleh spesies patogen termodimorfik dari genus Sporothrix yang terdistribusi di seluruh dunia dan sering ditemukan pada daerah tropis dan subtropis. Penularan sporotrikosis dapat terjadi melalui cakaran, gigitan, atau kontak langsung kulit yang terluka dengan eksudat kucing yang sakit atau secara langsung dari lingkungan yang terkontaminasi baik tanah, tanaman, dan bahan tanaman yang membusuk. Sportrikosis merupakan penyakit zoonosis, sehingga harus dideteksi dan diberikan pengobatan secepatnya supaya tidak menular baik ke hewan lainnya ataupun ke manusia. Seekor kucing Persia jantan berumur tiga tahun, berwarna abu-abu dengan bobot badan 3,2 kg dilaporkan dengan keluhan banyak ketombe di seluruh tubuhnya. Pada pemeriksaan fisik kulit dan rambut ditemukan banyak skuama di seluruh bagian tubuh, terdapat alopesia dan krusta pada bagian lateral cervicalis dan sinistra dan pada bagian dorsal. Pada pemeriksaan penunjang menggunakan tape acetate preparation yang dilanjutkan dengan pemeriksan sitologi ditemukan spora Sporothrix spp. Kucing kasus didiagnosis menderita sporotrikosis dengan prognosis fausta. Sporotrikosis pada kucing kasus memiliki bentuk klinis cutaneous dengan tipe lesi yang bersifat kering. Terapi yang diberikan yaitu griseofulvin tablet 500 mg dengan dosis 50 mg/kg BB diberikan sebanyak satu kali sehari selama 21 hari secara per oral, ivermectin injeksi (10 mg/mL) dengan dosis 0,4 mg/kg BB secara subcutan. Selamectin (spot on) dengan kandungan 0,75 mL (45 mg) diteteskan pada tengkuk satu minggu pascainjeksi ivermectin, kemudian disarankan untuk memotong pendek rambut kucing, dan memandikan kucing menggunakan medicated shampoo satu kali seminggu. Perkembangan hasil terapi pada hari ke-18 pengobatan menunjukkan adanya pertumbuhan rambut pada lesi alopesia dan krusta pada bagian lateral cervicalis dan sinistra dan bagian dorsal, akan tetapi masih ditemukan adanya skuama pada rambut di seluruh bagian tubuh, sehingga terapi harus diperpanjang dan diresepkan obat yang memiliki efektivitas lebih tinggi dibanding obat sebelumnya yaitu itraconazole. Penanganan sporotrikosis membutuhkan jangka waktu yang lama dan pengobatan yang rutin serta perlu dilakukan medical check up rutin untuk mengetahui perkembangannya.