Di awal masa remaja, seseorang banyak mengalami masalah-masalah dalam kehidupannya, hal ini merupakan faktor yang mengakibatkan remaja cenderung melakukan hal-hal yang mengarah ke kenakalan remaja. Pada masa transisi ini memungkinkan remaja mengalami masa krisis yang ditandai dengan munculnya perilaku menyimpang. Salah satu tugas perkembangan remaja sebagai siswa adalah memiliki tanggung jawab untuk menyesuaikan dirinya terhadap nilai-nilai yang ada di lingkungan sekolah, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan di sekolah. Salah satu bentuk kenakalan siswa di sekolah adalah merokok. Merokok merupakan bentuk kenakalan pada taraf sedang, namun dapat memberikan kecenderungan bagi remaja untuk mengarahkan pada kenakalan yang lebih berat. Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014 proporsi umur pertama kali mencoba merokok pada laki-laki usia 10-11 tahun 26.7%, usia 12-13 tahun 43.4%, usia 14-15 tahun 7.3%. Data tersebut menujukan sebagian besar laki-laki pertama kali merokok pada usia 12-13 tahun. Pada perempuan proporsi pertama kali mencoba merokok usia 10-11 tahun 18%, usia 12-13 tahun 4%, usia 14-15 tahun 21.5%. Terjadinya perilaku merokok pada subjek disebabkan oleh adanya proses modelling dari lingkungan sosialnya, yaitu dengan melihat dan mengamati perilaku merokok teman-temannya kemudian subjek mencoba untuk mencontoh dan mengikuti perilaku merokok teman-temannya. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu bentuk intervensi psikologis untuk membentuk karakter siswa di era revolusi industri 4.0 yang mampu menurunkan perilaku merokok pada siswa sebagai bentuk dari langkah preventif melalui pelatihan asertif. Pelatihan asertif bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa agar lebih mampu untuk menolak ajakan teman atau orang lain untuk melakukan tindakan yang mengacu pada perilaku merokok. Pelatihan ini diharapkan mampu untuk mengubah pola pikir siswa yang cenderung meniru dan mengcopy perilaku teman sebayanya. Pelatihan asertif juga berpengaruh pada kepribadian siswa yang masih kurang berani untuk menolak dengan sopan dan tanpa merugikan orang lain.