Latar Belakang: Perempuan lebih banyak yang mengalami ketidaksetaraan gender walaupun perannya besar terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Perempuan memiliki akses yang lebih terbatas terhadap pendidikan dan pekerjaan, sehingga berpengaruh terhadap otonomi ekonomi dan rendahnya posisi tawar dalam rumah tangga. Ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan berdampak pada kejadian rawan pangan rumah tangga.
Tujuan: Menganalisis perbedaan kebiasaan makan rumah tangga dan anak balita serta ketahanan pangan rumah tangga di daerah dengan kesetaraan gender tinggi dan rendah di Indonesia.
Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di dua lokasi dengan ketimpangan gender rendah dan tinggi di Indonesia. Sebanyak 303 rumah tangga dengan anak balita berpartisipasi dalam studi ini. Pengumpulan data meliputi karakteristik rumah tangga, Household Food Insecurity Access Scale (HFIAS), serta kebiasaan makan rumah tangga dan anak. Uji beda Mann Whitney dilakukan untuk menguji perbedaan antar variabel di kedua daerah.
Hasil: Proporsi kerawanan pangan di daerah kesetaraan gender rendah (tingkat sedang 45,6%, berat 23,8%), berbeda signifikan (p<0,05) dengan di daerah kesetaraan gender tinggi (tingkat sedang 34,6%, berat 17,3%). Rumah tangga yang tinggal di daerah kesetaraan gender tinggi lebih sering makan 3 kali sehari (p<0,001), makan bersama rumah tangga (p=0,003) dan tingginya peran suami (p<0,001) dan anak (p<0,001) dalam menentukan menu makan. Terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) kebiasaan makan anak balita di kedua daerah.
Kesimpulan: Rumah tangga yang tinggal di daerah kesetaraan gender rendah lebih rawan pangan, memiliki kebiasaan makan rumah tangga dan anak yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah untuk meningkatkan kesetaraan gender melalui peningkatan pendidikan dan keberdayaan ekonomi perempuan.