Frekuensi kejadian mola hydatidosa yang berpotensi menjadi penyakit trofoblast ganas terus meningkat. Mekanisme patologis yang mendasari penyakit tersebut belum dapat dieksplorasi secara mendalam, terdapat pemikiran bahwa mekanismenya terkait dengan kerusakan oksidatif yang berhubungan dengan produksi reactive oxygen species (ROS). Diketahui bahwa hormon estrogen dan metabolitnya dapat memproduksi ROS, untuk itu perlu dianalisis seberapa jauh keterlibatan estrogen (17βestradiol) dalam patomekanisme penyakit ini melalui pengukuran total ROS. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental dengan menggunakan randomized group control design. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 1 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kultur jaringan mola hydatidosa yang mendapat suplementasi estrogen (17β-estradiol) dalam 4 dosis (5 g/ml, 10 g/ml, 20 g/ml, 40 g/ml) dan tanpa suplementasi. Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan sangat bermakna kadar ROS antara kelompok kontrol dengan kelompok 17β-estradiol 5 g/ml dan 17β-estradiol 40 g/ml (p = 0,000 < 0,05), antara kelompok perlakuan 17β-estradiol 10 g/ml dan 17β-estradiol 40 g/ml (p = 0,000 < 0,05) dan antara kelompok perlakuan 17β-estradiol 20 g/ml dan kelompok perlakuan 17βestradiol 40 g/ml (p = 0,000 < 0,05). Disimpulkan bahwa pemberian 17β-estradiol 20 g/ml dan 40 g/ml mempengaruhi produksi total ROS pada kultur jaringan mola hydatidosa. Kata kunci: 17β-estradiol, mola hydatidosa, reactive oxygen species (ROS).