Provinsi Lampung kini sedang berfokus pada pelestarian budayanya, dengan mengangkat Siger sebagai simbol budaya dan menjadikannya sebagai identitas baru. Siger dulu berupa mahkota wanita, kini dijadikan konsep pada fasad bangunan pemerintahan dan komersial. Isu penelitian tentang pelestarian budaya Lampung pada bangunan publik Menara Siger dan Sesat Agung Bumi Gayo. Hal ini bertujuan untuk memahami peranan budaya Lampung pada objek studi, mendeskripsikan elemen-elemen arsitektur signifikan, serta konsep tindakan pelestarian budaya Lampung. Metode yang digunakan secara kualitatif, dengan langah-langkahnya: 1) Mengungkap budaya Lampung; 2) Mengungkap elemen arsitektur signifikan pada Menara Siger dan Sesat Agung Bumi Gayo; 3) Tindakan pelestarian budaya Lampung. Temuan penelitian ini: a) Budaya Lampung merupakan budaya yang sarat akan nilai terkait dengan kegiatan, orientasi mata angin, tata massa bangunan, dan juga hasil karya manusia berupa Siger dan kain tradisional. Hal ini juga tercermin pada konsep bangunan Menara Siger dan Sesat Agung Bumi Gayo yang sebagian besar mengambil konsep dasar bermukim masyarakat Lampung dulu; b) Elemen arsitekturnya adalah arah orientasi, tata massa bangunan di dalam tapak, dan ruang komunal seperti dengan pola permukimanan masyarakat dulu; c) Tindakan pelestarian pada aspek bentuk yaitu dengan cara preventif, preservasi, dan adaptasi, sedangkan tindakan pelestarian pada aspek fungsi yaitu preservasi, adaptasi, dan rekonstruksi. Upaya pelestarian dengan aspek bentuk dan fungsi dilakukan agar budaya lampung tidak tergerus oleh zaman saat ini dan agar budaya tetap terjaga baik benda maupun nilainya.