Model Pendekatan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Berbasis Nilai-Nilai Budaya, Humanistik, Dan Nasionalisme Dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Abstract

This study aims to describe the reasons for applying the cultural, humanistic, and nationalism approaches by school principals in supporting transformational leadership behavior. In addition, to explore the steps of the principal's transformational leadership role based on three forms of approach in the implementation of character education strengthening programs. This study used a qualitative approach, case study design. Data collection through in-depth interviews, participant observation, and learn documentation. Data analysis used a modified analytic analysis method. The level of credibility, transferability, dependability, and confirmability examines the validity of the data. The research findings explain that culture or tradition greatly influences the school environment, personal excellence, and encouragement to revive the humanistic spiritual inspirational figure, as well as the image of the school foundation managed by the Military unit, Kodam V-Brawijaya, being the basic reason that inspires the principal to use a cultural, humanistic approach, and nationalism. Besides that the steps of the principal's transformational leadership role based on cultural, humanistic, and nationalism approaches have an effective effect in optimizing the implementation of character education strengthening in schools.

Servant Leadership: Implementing the Principal's Role in Creating a Humanistic Education

“…In addition, by building participatory work management, school principals have created more effective teacher work performance and more effective and efficient education management. The role of participatory leadership and management supports Russell's (2001); and Effendi & Riberu's (2021) servant leadership theory that "leaders enable others to act not by hoarding the power they have but by giving it away." Servant leadership and management also support Snyder's expectancy theory (Shorey & Snyder, 2004), that followers value leaders who authorize and involve followers in the work system as rewards so that emotional energy is focused on rewards (intrinsic or extrinsic).…”

Kepemimpinan Transformasional Peningkatan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Interaksionalisme Simbolik

“…Kepemimpinan merupakan faktor penting yang menentukan kinerja karyawan dan juga kemampuan organisasi beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan budaya khusunya kepemimpinan tranformasional (Ananda & Ruswidiono, 2022;Effendi, 2020;Rumbay et al, 2022). Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan organisasi .…”

Sebuah kajian filosofis: Pendidikan karakter berbasis nilai dan norma Pancasila

“…Aturan tersebut menyatakan bahwa "Program penguatan pendidikan karakter merupakan aktivitas pedagogis yang menyatukan hati, rasa, pikiran, dan tubuh serta dijalankan melalui kerja sama antara komponen internal sekolah, orangtua, dan masyarakat seiring dengan dorongan membentuk mental melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental". Klausul peraturan ini wajib ditanggapi oleh sekolah-sekolah dengan melakukan koordinasi intensif bersama seluruh pemangku kepentingan sekolah, termasuk peran pemimpin sekolah (Koesoema, 2015;Effendi, 2020). Akan tetapi, revitalisasi kebijakan ini belum terlaksana secara optimal di sekolah-sekolah.…”

“…Pertama, penentuan aspek penanaman karakter bersifat ambigu karena nilai-nilai karakter bersifat universal. Penanaman karakter ada yang berlandaskan nilai-nilai budaya nasional, tetapi tidak fokus pada pembentukan karakter nasionalisme khususnya yang berakar pada jiwa dan filosofi Pancasila (Effendi, 2020;Arafat, 2021). Budaya nasional yang didengungkan sebagai pemersatu masih bersifat ambigu, karena persatuan secara budaya merupakan pemahaman yang keliru.…”

“…Paradigma baru pendidikan nasional pun bermetamorfosis pada program pendidikan karakter yang memberi penekanan pada pemaknaan dan pengimplementasian konkrit yang berkiblat pada spirit jiwa nasionalisme yang teridentifikasi dalam makna historisitas nilai dan norma Pancasila kepada peserta didik, agar menyadari posisi, peran, dan tanggungjawab sebagai warga negara. Karakter nasionalis meliputi penghargaan dan pelestarian pada nilai-nilai kearifan budaya lokal, memiliki jiwa berkorban, pribadi yang bermutu dan berkecakapan tinggi, cinta tanah tumpah darah, merawat lingkungan, mentaati hukum yang berlaku, tertib, serta menghargai keberagaman budaya, suku, dan agama (Effendi, 2020;Rahman & Suharno, 2020). Pendidikan nasional harus mampu mempersiapkan dan menguatkan jati diri peserta didik agar mampu memaknai dan menemukan solusi alternatif kehidupan yang lebih baik ketika berhadapan dengan berbagai tantangan kehidupan baik secara individu maupun bermasyarakat dalam bingkai sistem pemikiran yang berdaulat yang dilandasi jiwa Pancasila.…”