Moderation and the liberal state: David Hume's history of England

Model of Religious Moderation In Universities: Alternative Solutions To Liberal, Literal And Radical Islam

“…So, religious moderation can be understood as a balanced religious attitude between the practice of one's own religion (exclusive) and respect for other people's religious traditions with different beliefs (inclusive). As previously hinted, religious moderation is a solution to the presence of two extreme poles in religion, the ultraconservative pole or the extreme right on the one hand, and the liberal or the extreme left on the other (Taitslin, 2013); (Asher, 2020); (Sheikhzadegan, 2020).…”

“…(Saifuddin, 2019). Intellectuals see religious moderation as one of the antitheses of the existence of two extreme opposite poles between radicals and liberals (Taitslin, 2013); (Asher, 2020); (Sheikhzadegan, 2020). This religious moderation is at least built on several principles, including the principle of at-tawazun (balance)…”

Model Pembelajaran PAI Berbasis ISRA dalam Meningkatkan Moderasi Beragama Mahasiswa di Perguruan Tinggi

“…Muzaqi, dkk.| 111 p-ISSN: 2614-2740 2021) juga sebagai acuan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Rahmat & Yahya, 2020). Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim mayoritas di dunia (Muhtarom, 2017), sehingga penting dalam pemeliharaan moderasi beragama (Asher, 2020). Moderasi sebagai ajaran inti dalam agama Islam, sedangkan Islam moderat adalah paham keagamaan yang sangat relevan dalam konteks keberagamaan dalam segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa itu sendiri.…”

“…Masalah radikalisme yang ada di Perguruan Tinggi sebagian akademis merasa sanksi dengan data tersebut (Asher, 2020) mengatakan bahwa penelitian tersebut terlalu simplistis dalam melihat masalah, tidak jarang mereka menuduh pemerintah doi: http://dx.doi.org/10.30659/jpai. 5.2.10-128 terlalu paranoid dalam melihat masalah fenomena radikalisme di perguruan tinggi, sebagian yang lain merasa data itu cukup mengawatirkan, karena fenomena seperti ini perlu mendapatkan perhatian yang ekstra (Akhmadi & Belakang, 2008).…”

“…Pendidikan moderasi beragama berupaya untuk meminimalkan cara pandang keagamaan yang merasa benar sendiri, suka menbid'ahkan, menganggap sesat, bahkan mengkafirkan sesama pemeluk agama yang sama (Asher, 2020), maka paham radikalisme melahirkan pandangan bahwa orang yang berbeda pemeluk agama non Islam sebagai pihak yang boleh diperangi, sehingga muncul pandangan sikap seperti teroris yang menghalalkan bunuh diri atas nama memerangi kelompok agama yang berbeda (Liebman, 1983).…”