Negara, Politik dan Pendidikan Agama (Pendidikan Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional) dan Teori Globalisasi Dan Revolusi Modern Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dan Kebudayaan di Indonesia

Abstract

Negara, politik dan pendidikan merupakan tiga komponen penting, karena semuanya adalah bagian yang ikut mempengaruhi sistem kehidupan sosial dan kebudayaan manusia. Negara memiliki wilayah, rakyat, pemerintah dan kedaulatan yang melindungi potensi manusia dan alam serta pemberdayaannnya. Sedangkan politik adalah sistem ketatanegaraan yang disepakati untuk menghantarkan bangsa menuju cita-cita seluruh rakyatnya, dan suatu sistem yang mengatur kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Pendidikan adalah proses kulturisasi agar lebih maju, dan proses pengembangan potensi manusia sesuai bakat dan minat untuk memperkuat dukungan terhadap penggalian sumber daya alam menuju terciptanya kehidupan masyarakat yang dicita-citakan. Globalisasi dipandang sebagai kekuatan yang tidak tertahankan serta jinak untuk memberikan kemakmuran ekonomi kepada orang-orang di seluruh dunia. Di sisi lain, ia dituding sebagai sumber dari segala penyakit kontemporer yang mematikan identitas budaya setiap bangsa. Dua sisi berbeda yang melekat pada globalisasi ini menjadi perhatian serius berbagai bangsa dalam mempertahankan karakter budayanya melalui dunia pendidikan.

Religious Character Education Design Towards a Golden Indonesia 2045

“…There are at least 4 basic reasons behind the urgency of developing national character strengthening, namely from the philosophical, ideological, normative and sociocultural aspects (Kaimuddin, 2014). Based on the philosophical side, strengthening national character is a basic need in the national process, because the nation has control over a strong character and identity, which will later survive as a nation (Mariyah et al, 2022). Based on the ideological side, strengthening character is an effort to provide longevity to the Pancasila ideology in national and state life (Fadilah, 2019;Hayqal & Najicha, 2023;Shidiq & Raharjo, 2018).…”