Asphaltene deposition is a major problem in petroleum industry
ABSTRAKDeposisi asphaltene merupakan masalah utama pada industri perminyakan yang menyebabkan lambatnya proses produksi atau bahkan pemberhentian proses produksi. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan formulasi asphaltene dissolver terbaik yang dapat menghilangkan deposit asphaltene dengan penggunaan surfaktan anionik dari minyak sawit dan untuk mendapatkan informasi kinerja asphaltene dissolver yang dihasilkan. Formulasi yang diujikan adalah surfaktan methyl ester sulfonate acid (MESA)dan methyl ester sulfonate (MES) dengan konsentrasi masing-masing 0%, 1%, 3%, 5% dalam toluen yang dicampurkan pada suhu 40 o C selama 30 menit. Asphaltene dissolver terbaik yang dihasilkan adalah campuran surfaktan MESA 1% dalam toluen yang menghasilkan derajat kelarutan asphaltene sebesar 69,58% dengan nilai tegangan antarmuka terendah yaitu sebesar 3,95x10 -3 dyne/cm. Asphaltene dissolver yang dihasilkan menunjukkan kinerja yang baik dalam mengubah sudut kontak batuan dari 48,6 o menjadi 80,89 o dan dapat meningkatkan sifat kebasahan pada permukaan logam dengan pelepasan asphaltene sebesar 99,32% serta memperlihatkan performa dispersi, desorpsi, dan filtrasi yang baik.Kata kunci : asphaltene, asphaltene dissolver, surfaktan anionik, MESA
PENDAHULUANAsphaltene merupakan golongan fraksi berat dari minyak bumi dan diterminologikan sebagai komponen sangat aromatik berwarna hitam yang mengandung makromolekul heterosiklik tak jenuh dengan komponen utama yaitu karbon, hidrogen, dan komponen minor lain seperti sulfur, oksigen, nitrogen, serta akumulasi beberapa jenis logam berat seperti besi, nikel, vanadium, aluminium, dan magnesium. Asphaltene membentuk sistem koloid dalam minyak bumi dengan adsorpsi resin pada bagian permukaan yang membentuk stabilisasi sterik sehingga mampu mempertahankan partikel asphaltene tetap larut dalam minyak bumi (Okafor et al., 2013).Keberadaan asphaltene di dalam minyak bumi bukanlah sebagai molekul terlarut, melainkan sebagai nanopartikel yang dapat membentuk agregat. Ketika terjadinya perubahan kondisi termodinamika selama proses produksi minyak bumi, kestabilan nanopartikel akan terganggu sehingga saling bertumbukan dan membentuk agregat yang terus tumbuh menjadi partikel yang lebih besar dari ukuran nano, mikron, sampai terbentuknya deposisi pada daur hidup produksi minyak bumi seperti perforasi, tubing, downhole, dan peralatan permukaan (Oseghale dan Ebhodaghe, 2011).