Kasus bunuh diri yang marak dialami oleh golongan lansia di Indonesia di antaranya disebabkan depresi dan kesepian. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap dinamika raos begja pada lansia yang tergabung sebagai pelajar kawruh jiwa. Raos begja dapat diartikan sebagai perasaan tentram yang tidak tergantung pada tempat, waktu, dan keadaan (papan, wekdal, lan kewontenan). Raos begja dikonstruksikan oleh Suryomentaram, dan erat kaitannya dengan paradigma authentic happiness, sekaligus paradigma subjective well-being. Raos begja dapat dicapai ketika individu mampu mengimplementasikan kawruh begja (pengetahuan tentang kebahagiaan). Paradigma kawruh begja ini terhimpun sebagai inti ajaran kawruh jiwa (pengetahuan tentang jiwa manusia). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan di desa Gombang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Tiga partisipan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive samping dengan kriteria, 1) berusia 60 tahun ke atas, dan 2) sudah lebih dari tiga tahun aktif di kegiatan junggringan salaka. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Analisis data menggunakan perangkat analisis studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran seorang lansia tipe konstruktif, dan menemukan empat tema besar, 1) faktor yang mempengaruhi raos begja, 2) aspek raos begja, 3) fungsi junggringan salaka, dan 4) dinamika raos begja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam merancang program intervensi untuk meningkatkan nilai kebahagiaan pada lansia. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan pijakan dalam penelusuran yang lebih mendalam mengenai konstruksi teori psikologi berbasis kearifan lokal.