2021
DOI: 10.25078/pkj.v24i1.2182
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Outbound Dalam Pembelajaran Bahasa Bali Pada Kelompok Belajar Anak-Anak Penyuluh Bahasa Bali

Abstract: <p><em>Balinese language learning is generally carried out in three fields, namely formally, informally and non-formally. It is formally carried out at the school level starting from SD to SMA / SMK level, informally carried out in the family environment so that it is often referred to as the Mother Language, at this stage is the initial stage before the children learn formally in school. In the non-formal field, this can be done through courses which are usually carried out by certain institutions… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2024
2024
2024
2024

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(2 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Puruṣa sudah benar benar menjadi pengamat, sudah tidak lagi ada kemelekatan terhadap prakerti. Terdapat perbedaan antara Samādhi dalam Astanggayoga dengan Sadanggayoga dalam Śiwa Tattwa, yaitu Sadanggayoga bersifat teistik, dimana Samādhi adalah penyatuan dengan Śiwa, sedangkan Samādhi dalam Patanjali yang cenderung non-teistik adalah pemisahan antara Puruṣa dengan Prakṛti (Yasa, 2020 ). Karenanya dalam Jñānasiddhanta, setelah mengalami Kaiwalya (pemisahan), yang merupakan Samādhi tertinggi dalam Patanjali, maka ada tahapan kesadaran lebih lanjut yang disebut tahap Parambrahma, yang merupakan Samādhi tertinggi, yaitu mencapai penyatuan dengan Brahman.…”
Section: Hasil Dan Pembahasan 1 Struktur Yoga Dalam śIwa Tattwaunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Puruṣa sudah benar benar menjadi pengamat, sudah tidak lagi ada kemelekatan terhadap prakerti. Terdapat perbedaan antara Samādhi dalam Astanggayoga dengan Sadanggayoga dalam Śiwa Tattwa, yaitu Sadanggayoga bersifat teistik, dimana Samādhi adalah penyatuan dengan Śiwa, sedangkan Samādhi dalam Patanjali yang cenderung non-teistik adalah pemisahan antara Puruṣa dengan Prakṛti (Yasa, 2020 ). Karenanya dalam Jñānasiddhanta, setelah mengalami Kaiwalya (pemisahan), yang merupakan Samādhi tertinggi dalam Patanjali, maka ada tahapan kesadaran lebih lanjut yang disebut tahap Parambrahma, yang merupakan Samādhi tertinggi, yaitu mencapai penyatuan dengan Brahman.…”
Section: Hasil Dan Pembahasan 1 Struktur Yoga Dalam śIwa Tattwaunclassified
“…Asumsinya bahwa Tuhan itu sebenarnya satu dan tanpa nama-rupa (nama dan wujud). Tetapi atas kehendak-Nya, maka Dia memfungsikan kekuatan sakti-Nya yang laten untuk mewujudkan Diri-Nya menjadi semua nama-rupa (nama-wujud dan atribut) (Yasa, 2020 ). Menurut Ida Pandita Mpu Sitangka Jaya Nugraha bahwa Panglukuan ākṣara adalah upaya sistematis dan mempunyai fungsi psikologis, untuk mempengaruhi pikiran agar tidak menjadi liar, tetap menjadi ekagra atau nirdwandwa.…”
Section: Bentuk Yogākṣaraunclassified