Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterbatasan penglihatan, tunanetra tidak segan untuk memiliki keterampilan massage. Penelitian ini bertujuan agar stigma yang ada di masyarakat, bahwa tunanetra hanya bisa mengemis dan mengamen dapat dirubah dengan adanya pelatihan massage yang memberikan keterampilan hidup untuk dijadikan mata pencaharian. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui teknik wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan massage sebagai salah satu alternative dalam membentuk karakter tunanetra menjadi mandiri dan terampil. Pembahasan mengemukakan pelatihan massage yang mana pelaksanaanya terhambat oleh pandemic covid-19, akan tetapi tidak menyurutkan balai untuk menghentikan semua kegiatan pelatihan, tetap berupaya dengan berbagai media untuk menyampaikan materi serta praktek. Walaupun peserta kesulitan dalam proses pelatihan tidak mematahkan semangatnya untuk memiliki keterampilan hidup. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu keterampilan hidup merupakan hal yang penting bagi setiap manusia tidak terkecuali usia maupun jabatan, pelatihan massage menjadi salah satu bukti bahwa dengan adanya balai memberikan pelatihan mampu memberikan dampak positif terhadap para tunanetra.