Pemanfaatan Website Desa untuk Pembangunan: Perspektif Actor-Network Theory

Abstract

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan salah satu faktor penentu pembangunan desa. Kehadiran TIK menjadi kondisi pendukung (enabling condition) percepatan proses pembangunan di pedesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pemanfaatan website desa untuk pembangunan berdasarkan perspektif Actor Network Theory di Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan dilakukan dengan bola salju (snowball). Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan website desa melibatkan aktor-aktor dari berbagai pihak dan terjadi melalui translasi. Tahap pertama adalah problematisation diawali dengan keluhan dan keinginan kepala desa untuk membuka akses informasi publik. Selanjutnya tahap interessment terjadi ketika Kaur Keuangan, Relawan TIK, Jurnalis Banten, dan pendamping lokal desa mendukung harapan kepala desa. Tahap enrolment berupa pembagian peran dalam pembuatan website, sehingga terhubung dengan komunitas Open SID. Terakhir, mobilisation adalah ketika warungbanten.id telah dijadikan sebagai website resmi Desa Warungbanten. Berdasarkan proses translasi tersebut aktor yang terlibat diklasifikasikan berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya yang terdiri dari key player, subject, context setter, dan crowd. Efek dari penggunaan website desa adalah membuka akses informasi desa, mengelola data desa dengan baik sehingga lebih transparan,membantu masyarakat mempromosikan produk lokal, dan mendapatkan berbagai penghargaan.

Peran Pemerintah Dalam Mengatur Tataniaga Garam: Dominansi Political Will atau Economic Interest? Sebuah Tinjauan Actor-Network Theory

“…Menurut Latour (2005) teori ini menjelaskan bahwa sebuah gagasan bukan hanya berasal dari satu pihak/aktor, melainkan dari beberapa aktor yang membentuk jaringan baik suatu subjek manusia maupun objek benda atau instrument. Konsep dasar dari pendekatan ANT adalah melihat aktor sebagai suatu jaringan yang berhubungan (Destriapani et al, 2021), serta dapat saling mempengaruhi satu sama lain (Singgalen, 2021). Dalam ANT, aktor juga dapat diartikan sebagai entitas yang berfungsi sebagai perantara antar aktor lainnya.…”

Analisis Jaringan Aktor: Upaya Pemerintah Mendorong Masyarakat Belanja Produk UMKM Lokal (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Cirebon Satu)

“…Lensa TJA yang awal mulanya di tahun 1980-an hanya dimanfaatkan oleh kelompok ahli sosiolog, saat ini telah menjadi salah satu alat analisis komtemporer bagi studi multidisiplin ilmu dan teknologi lintas sektor. Beberapa kajian melahirkan inovasi yang menggunakan TJA diantaranya: e-business technology and strategy (Eze et al, 2012), kajian sistem pangan (Putri, 2021), pemanfaatan website desa (Destriapani et al, 2021) dan mobilisasi perubahan kebijakan (Zarkasi, & Rahardian, 2022). Law (1992) antara manusia dan nonmanusia akan berinteraksi dan sulit dipisahkan walaupun masing-masing memiliki karakter unik yang independen pada realitas jaringan.…”

“…Problematization, Callon (1986) tahapan dimana mulainya aktor utama berupaya memecahkan isu dengan mengkalkulasi, mengkategori solusi mana yang layak diusulkan untuk diimplementasikan. Ada suatu bentuk kapasitas dari seorang aktor atau sekelompok aktor yang dapat merumuskan rencananya pada orang lain (Destriapani et al, 2021). Tahapan ini biasanya diperankan oleh seorang aktor sentral, karena dialah yang memiliki pengetahuan, menguasai permasalahan, berpengalaman menemui hambatan dan menentukan tujuan jaringan (Farhangi et al, 2020).…”

Kolaborasi Antar Aktor Dalam Inovasi Desa Sebagai Salah Satu Pengembangan Masyarakat Islam

“…Hasil penelitian Elsa Destriapani menunjukkan pemanfaatan website desa melibatkan aktor-aktor dari berbagai pihak dan terjadi melalui translasi. 1 Dukungan dari aktor helix ini dapat mendokrak perekonomian sebuah wilayah menjadi lebih berkembang dan terintegrasi (Destriapani, 2021). Kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Desa, CSO, Sektor swasta dan masyarakat menghasilkan kekuatan besar yang membuat program ini dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Yunas, 2019).…”