Penelitian ini membahas bagaimana pariwisata berbasis masyarakat (CBT) telah mentransformasi peran gender di Perkampungan Adat Nagari Sijunjung. Melalui pembangunan homestay, CBT telah memperjuangkan dan membentuk para perempuan untuk menegosiasikan peran gender, baik diranah domestik maupun publik. Sehingga, pembangunan homestay yang memanfaatkan Rumah Gadang berpengaruh dalam transformasi gender bagi perempuan tradisional yang selama ini tumpang tindih antara ranah domestik dan ranah publik. Di masa lalu, para perempuan mengalami keterbatasan mobilitas yang tidak dialami oleh laki-laki, terutama pada etnis Minangkabau. Perempuan ditempatkan dalam ruang Rumah Gadang yang bersifat domestik, namun laki-laki memiliki kuasa dan relasi atas keduanya, baik di luar maupun dalam Rumah Gadang dengan peran dan status yang dimilikinya sebagai Ninik Mamak (pemimpin kaum). Pengumpulan data melalui teknik wawancara serta observasi partisipasi dengan 15 perempuan pengelola homestay di Perkampungan Adat Nagari Sijunjung, sehingga mendapatkan realitas dan sudut pandang dari perempuan pengelola homestay. Hasilnya menujukkan perempuan telah mereproduksi peran gender tradisonal, dimana perempuan sebagai ibu maupun istri di ranah domestik dan sebagai pekerja rumah tangga, petani dan pengelola homestay merupakan identitas gender dan menyulap hal itu dengan perjuangan ganda. Melalui CBT, kegiatan rumah tangga sebagai pekerjaan yang tidak bernilai, telah berubah menjadi pekerjaan bernilai secara ekonomis. Melalui pariwisata homestay, menggeser tenaga non-pasar menjadi tenaga kerja pasar. Maka telah mengaburkan batas antara ranah domestik dan publik dalam hal reproduksi sosial peran gender. Terkait kinerja gender, perempuan mengalami peningkatan agensi dan secara positif mengubah cara pandang masyarakat luas terhadap mereka.