Abstrak: Pubertas merupakan masa pertumbuhan dan perubahan dalam kehidupan seseorang, baik fisik maupun mental. Menstruasi merupakan peristiwa yang wajar dan alami, meskipun banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, salah satunya adalah dismenore. Program pengabdian masyarakat ini diharapkan remaja putri di SMA Negeri 1 Yogyakarta memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam mencegah kenaikan berat badan, gangguan menstruasi, dan fakta dan mitos seputar gangguan menstruasi. Dengan terlaksananya kegiatan penyuluhan gangguan menstruasi, dan fakta dan mitos seputar gangguan menstruasi untuk membentuk generasi sadar kesehatan reproduksi. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat adalah memberikan penyuluhan secara langsung terkait gangguan haid dan seputar kesehatan reproduksi dilanjutkan dengan diskusi. Kegiatan ini telah dilaksanakan secara luring di aula SMA Negeri 1 Yogyakarta dengan 99 peserta didik yang merupakan perwakilan dari masing-masing kelas X dan XI. Kegiatan tersebut didahului dengan pengisian pre-test dan post-test pada akhir kegiatan. Kuesioner yang digunakan sebanyak 15 pertanyaan. Hasil analisis pre-test dan post-test menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan sebesar 9,7%. Diharapkan peningkatan pengetahuan ini bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian para siswa terhadap kesehatan reproduksi.Abstract: Physical and mental growth and change characterize the period of puberty. Menstruation is a normal and natural occurrence, but many women experience menstrual difficulties, including dysmenorrhea. It is anticipated that young women at SMA Negeri 1 Yogyakarta will acquire increased knowledge and skills in preventing weight gain, menstrual disorders, and menstrual disorder myths and facts through this community service program. By conducting counseling activities on menstrual disorders and dispelling menstrual disorder misconceptions, a generation of reproductive health awareness can be created. In community service activities, direct counseling regarding menstrual disorders and reproductive health is provided, followed by discussion. This activity was conducted offline in the hall of SMA Negeri 1 Yogyakarta with 99 pupils representing classes ten and eleven. This activity was preceded and followed by a pretest and posttest, respectively. There were thirty questions on the questionnaire. The analysis of the pre- and post-test results revealed a 9.7% increase in knowledge. It is anticipated that an increase in students' reproductive health awareness and concern will result from this education.